SLEMAN, POPULI.ID – Setelah menyelesaikan masa jabatannya sebagai Presiden RI, Joko Widodo atau Jokowi kembali terseret isu terkait ijazah palsu.
Meskipun Universitas Gadjah Mada (UGM) sudah memberikan klarifikasi, keaslian ijazah Jokowi masih dipertanyakan oleh sebagian pihak.
Selama ini, Jokowi dikenal sebagai lulusan Fakultas Kehutanan UGM. Namun, muncul keraguan dari beberapa pihak mengenai keaslian ijazahnya.
Polemik terkait ijazah Jokowi sebenarnya sudah mencuat sejak beberapa tahun lalu, dan kembali mengemuka pada 2025.
Rismon Hasiholan Sianipar, seorang mantan dosen Universitas Mataram, adalah pihak yang pertama kali meragukan keaslian ijazah Jokowi.
Rismon menyoroti penggunaan font Times New Roman pada lembar sampul dan pengesahan skripsi Jokowi, yang dianggap tidak lazim untuk era 1980-an hingga 1990-an.
Pasalnya, font tersebut baru tersedia di komputer dengan sistem operasi Windows 3.1 yang diluncurkan pada 1992.
Pernyataan Rismon ini memicu perdebatan hangat di media sosial.
Sebagian netizen mendukung klaim Rismon, namun banyak juga yang mengkritisinya, dengan menyebutkan berbagai temuan jejak digital yang beredar.
Apakah Ijazah Jokowi Asli atau Palsu???
Hingga saat ini, Jokowi membantah tuduhan terkait ijazah palsu yang diarahkan kepadanya. Presiden ke-7 RI ini yakin bahwa ijazah yang dimilikinya adalah asli dan dikeluarkan oleh UGM.
Menanggapi hal tersebut, UGM menyatakan penyesalan atas tuduhan yang dilontarkan oleh Rismon, yang dinilai menyesatkan.
Sebagai seorang mantan dosen lulusan Teknik Elektro UGM, Rismon dianggap tidak menyimpulkan berdasarkan fakta dan metode yang benar.
“Kami sangat menyesalkan informasi yang disampaikan oleh seorang dosen yang seharusnya bisa memberikan pencerahan kepada masyarakat dengan informasi yang bermanfaat,” ungkap Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Sigit Sunarta, dalam keterangan resmi pada Jumat (21/3).
Sigit menambahkan, seharusnya Rismon melakukan perbandingan dengan ijazah dan skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Kehutanan pada tahun yang sama, bukan hanya berfokus pada ijazah dan skripsi Jokowi saja.
Terkait penggunaan font Times New Roman, Sigit menjelaskan bahwa pada masa kelulusan Jokowi, font serupa sudah banyak digunakan.
Bahkan, percetakan di sekitar kampus UGM yang menyediakan jasa pencetakan skripsi juga menggunakan font tersebut.
“Fakta adanya mesin percetakan di Sanur dan Prima (yang kini sudah tutup) seharusnya diketahui oleh yang bersangkutan karena beliau juga kuliah di UGM,” jelas Sigit.
Sigit juga menegaskan bahwa pada waktu itu, Fakultas Kehutanan UGM memiliki kebijakan sendiri dalam penomoran ijazah.
Ijazah Jokowi memang hanya mencantumkan angka tanpa klaster, yang merupakan bagian dari urutan nomor induk mahasiswa yang diluluskan, disertai dengan singkatan FKT untuk Fakultas Kehutanan.
“Aturan penomoran ini berlaku untuk semua ijazah lulusan Fakultas Kehutanan, bukan hanya milik Jokowi. Pada waktu itu, belum ada penyeragaman nomor seri ijazah di tingkat universitas,” jelasnya.
Sementara itu, Jokowi tidak tinggal diam setelah isu ijazah palsu ini merebak. Pihak kuasa hukum Jokowi bahkan mempertimbangkan untuk mengambil langkah hukum guna menanggapi tuduhan tersebut.
Namun, karena kini Jokowi bukan lagi pejabat publik, pihak kuasa hukum enggan untuk memperlihatkan ijazah asli Jokowi, kecuali jika diminta oleh pihak berwenang seperti pengadilan.
Meski demikian, polemik mengenai ijazah Jokowi masih belum berhenti.
Pada Selasa (15/4/2025), terjadi aksi demo di Fakultas Kehutanan UGM yang diikuti oleh ratusan orang tergabung dalam Tim Pembela dan Aktivis (TPUA).
Mereka menuntut pihak kampus untuk membuktikan keaslian ijazah Jokowi.
Beberapa nama yang terlibat dalam aksi ini antara lain Rismon Hasiholan Sianipar, Roy Suryo, Tifauzia, Syukri Fadil, hingga Amien Rais.
UGM pun mengundang perwakilan massa untuk melakukan audiensi.
Dalam pertemuan tersebut, perwakilan massa seperti Roy Suryo merasa tidak puas dengan klarifikasi yang disampaikan pihak kampus, terutama karena ijazah asli Jokowi hingga kini belum diperlihatkan.