POPULI.ID – Langkah Hasan Nasbi meninggalkan jabatannya sebagai Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan menandai akhir dari satu babak penting dalam perjalanan panjang kariernya.
Pria kelahiran Bukittinggi tahun 1979 ini bukan sosok baru dalam dunia politik dan komunikasi strategis di Indonesia.
Ia telah lama berada di balik layar berbagai kampanye politik besar, namun kali ini, sorotan publik mengarah langsung padanya.
Hasan resmi mengundurkan diri pada 21 April 2025. Dalam sebuah video yang diunggah Total Politik, ia menyampaikan bahwa keputusannya diambil karena menghadapi persoalan yang tak lagi bisa ia tangani.
Surat pengunduran diri itu disampaikan kepada Presiden Prabowo Subianto melalui dua pejabat terdekat: Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya dan Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi.
“Kalau sudah tak bisa diatasi, tak perlu gaduh. Saatnya tahu diri dan menepi,” ujar Hasan, menyampaikan filosofi yang sebelumnya juga pernah ia ungkap dalam beberapa tayangan podcast.
Namun, bukan semata-mata alasan pribadi yang membuat Hasan mundur.
Sebulan sebelumnya, ia menjadi sorotan tajam karena pernyataannya terkait pengiriman kepala babi ke rumah jurnalis Tempo, Cica.
Bukannya mengecam, Hasan justru melontarkan komentar yang dianggap tak pantas: “Sudah dimasak saja.”
Pernyataan itu memicu kritik luas dari publik, komunitas pers, hingga Presiden Prabowo sendiri yang kemudian meminta maaf atas buruknya komunikasi pemerintah.
Terlepas dari kontroversi yang menutup masa jabatannya, Hasan adalah figur dengan rekam jejak panjang dalam dunia strategi politik.
Ia memulai kariernya sebagai peneliti di Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia (Puskapol UI) pada 2006 hingga 2008. Sebelumnya, ia sempat terjun sebagai jurnalis sebelum akhirnya fokus mendalami riset politik dan komunikasi publik.
Nama Hasan mencuat ke panggung nasional ketika menjadi pendukung vokal pasangan Jokowi-Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam Pilgub DKI Jakarta 2012. Sejak itu, relasinya dengan Joko Widodo kian erat.
Ia menjadi salah satu sosok penting di balik strategi pemenangan Jokowi dalam dua Pilpres berturut-turut: 2014 dan 2019.
Kedekatan itu berlanjut di Pilpres 2024. Kali ini, Hasan menduduki posisi strategis sebagai juru bicara Tim Kampanye Nasional Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Dukungan itu mencerminkan konsistensinya dalam membela garis politik yang ia yakini, sekaligus menjembatani dua figur yang sebelumnya adalah rival politik.
Di luar aktivitas kampanye, Hasan juga dikenal luas sebagai pendiri Cyrus Network, sebuah lembaga konsultan politik yang berdiri sejak 2010.
Di bawah kendalinya, Cyrus berkembang menjadi institusi riset dan komunikasi strategis yang kerap menjadi rujukan dalam peta politik nasional.
Lembaga ini fokus pada survei, analisis kebijakan publik, kampanye digital, hingga manajemen media sosial.
Kini, setelah lebih dari satu dekade berada di balik panggung politik nasional, Hasan memilih untuk mundur.
Meski meninggalkan jabatannya di istana, pengaruh dan reputasinya sebagai arsitek strategi politik kemungkinan belum akan surut sepenuhnya.
Waktu yang akan menjawab, ke mana arah langkah Hasan Nasbi selanjutnya.