YOGYAKARTA, POPULI.ID – Yogyakarta kaya akan destinasi wisata, budaya dan kuliner. Sebut saja bakpia, yang dicap sebagai camilan legendaris khas Yogyakarta.
Nama bakpia dan Yogya bak dua istilah yang tidak bisa dilepaskan. Bakpia, makanan berkulit putih nan tipis dengan isian beraneka ragam, bak sudah menjadi ikon kuliner Yogyakarta yang cita rasanya sudah mendunia.
Bakpia cocok dijadikan kudapan, camilan hingga oleh-oleh ketika berkunjung atau merindukan suasana hangat Kota Yogyakarta.
Meski bagitu, belum banyak tahun asal muasal bakpia yang dijuluki makanan khas Yogyakarta. Berikut ulasan yang tentang bakpia yang dirangkum Populi.id.
Kwik Sun Kwok
Usut punya usut, bakpia memiliki sejarah panjang. Beragama referensi menerangkan bahwa resep bakpia awalnya dicetuskan oleh Kwin Sun Kwok, warga asal Wonogiri berdarah Tionghoa.
Pada era 1940-an, Kwik Sun Kwok konon menyewa sebuah tempat kepunyaan Niti Gurnito, di Kampung Suryowijayan, Mantrijeron, Yogyakarta. Kala itu, Niti Gurnito menjual bakpia yang diresepkan oleh Kwin Sun Kwok.
Usahanya ternyata berkembang hingga menembus pasar Sleman, bantul hingga Prambanan. Dari sinilah, kemudian dikenal dengan nama bakpia Taman Sari atau bakpia Niti Gurnito.
Sampai saat ini, toko bakpia yang diklaim berdiri sejak 1939 itu masih eksis dan uniknya tidak memiliki cabang dimanapun. Informasinya bisa dilihat di akun media sosial Instagram @bakpianitigurnito1939.
Daging Babi
Bakpia dahulu kala disebut-sebut mengandung daging babi. Sang pencetus, Kwik Sun Kwok membuat kue yang namanya Tou Luk Pia.
Makanan tersebut ukurannya lebih besar ketimbang bakpia sekarang. Isinya pun terdiri dari empat jenis mulai dari daging babi, telur, sayuran dan kacang hijau.
Unsur budaya China mempenaruhi pembuatan Tou Luk Pia. Namun karena mayoritas masyarakat Yogyakarta memeluk agama Islam, Tou Luk Pia tak dilirik pembeli.
Lantas terjadilah akulturasi budaya, bentuk dan isian bakpia disesuaikan dengan minat warga lokal. Kandungan babi dihilangkan, sehingga bakpia dapat dikonsumsi oleh semua kalangan.
Kampung Pathuk
Sentra pembuatan bakpia terkenal di Yogyakarta berada di kawasan Pathuk atau sepanjang jalan KS Tubun, Ngampilan, Yogyakarta. Kawasan ini menampilkan deretan toko bakpia aneka merek. Salah satu yang paling populer adalah bakpia Patuk 75 milik Liem Bok Sing.
Mengutip laman Dinas Kebudayaan Kota Jogja, Liem Bok Sing dulunya adalah rekan Kwik Sun Kwok. Liem Bok Sing yang juga berdarah Tionghoa awalnya tinggal di Dagen
Usahanya dulu berjualan arang, setelah bertemu dengan Kwik Su Kwok, ia lalu memutuskan untuk merintis pembuatan bakpia.
Dalam perjalanannya, Liem Bok Sing mengembangkan resep bakpia sendiri. Ia lalu pindah ke Pathuk untuk melanjutkan usaha bakpia.
Singkat cerit,a muncul nama Bakpia Pathuk 75. Angka yang dipilih sebagai merek bakpia sesuai dengan nomor jalan kediaman Liem Bok Sing.
Semenjak saat itu, bakpia buatan Liem Bok Sing semakin dikenal luas oleh masyarakat. Bakpia Pathuk 75 pun berbeda dengan Bakpia Tamansari.
Seiring berjalannya waktu, toko bakpia di kawasan Pathuk menjamur. Ada beraneka ragam merek seperti Bakpia Patuk 75, Bakpia Pathok 25, Bakpia Pathuk 32 hingga Bakpia Patuk 145. Tak ayal, kawasan itu disebut sebagai ikon bakpia Yogyakarta yang melegenda.
Bakpia tak lekang oleh waktu dan tetap menjadi primadona kuliner dari Kota Pelajar. Semakin lama, lahir inovasi bakpia baik dari pembuatan, wujud, rasa maupun kemasannya.
Sejak beberapa tahun terakhir, muncul merek-merek bakpia kekinian dengan masing-masing keunggulan yang ditawarkan seperti Bakpiaku, Bakpia Kukus Tugu Jogja dan Bakpia Juwara Satoe.
Penulis: Yunita Ajeng Raharjo