YOGYAKARTA, POPULI.ID – Kota Yogyakarta kembali menghadirkan sosok inspiratif dari kalangan muda lewat ajang Grand Final Dimas Diajeng Kota Yogyakarta 2025 yang digelar Sabtu malam (14/6) di Plaza Balai Kota.
Acara ini sekaligus menandai perayaan 25 tahun keberadaan Dimas Diajeng sebagai duta pariwisata dan budaya yang berkontribusi nyata untuk kota pelajar ini.
Rizky Nur Setyo Nugroho dan Ghania Taufiqa Salma Wibowo resmi terpilih sebagai Dimas dan Diajeng Kota Yogyakarta 2025.
Keduanya membawa misi kuat: mempromosikan pariwisata berbasis budaya, mendorong digitalisasi promosi wisata, serta menjalankan program pemberdayaan masyarakat.
Rizky menegaskan komitmennya untuk membawa nama Jogja ke pentas dunia lewat citra pariwisata yang berbudaya.
“Kami siap melanjutkan program-program keberlanjutan yang telah dirintis, termasuk memperkuat branding Yogyakarta sebagai kota wisata budaya yang ramah dan mendunia,” ujarnya.
Sementara Ghania menyampaikan visinya dalam memperkuat pemberdayaan perempuan dan kelompok rentan melalui program advokasi yang telah ia jalankan sejak masa pembinaan.
“Saya ingin mewujudkan Yogyakarta yang lebih inklusif, di mana setiap individu bisa berkontribusi, merasa dihargai, dan tumbuh bersama,” katanya.
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menyampaikan bahwa Dimas Diajeng hari ini bukan sekadar simbol pariwisata, melainkan sosok pemuda-pemudi yang memiliki kepekaan sosial dan potensi kepemimpinan di masa depan.
“Saya optimis, 20 tahun lagi mereka akan jadi pemimpin Yogyakarta bahkan Indonesia. Mereka mampu menciptakan solusi, pekerjaan, dan membawa kota ini keluar dari jebakan kelas menengah,” ujar Hasto dalam sambutannya.
Dimas Diajeng, lanjut Hasto, telah menjadi mitra strategis pemerintah kota dalam advokasi sosial, literasi budaya, serta promosi wisata berbasis komunitas.
“Dimas Diajeng adalah agen perubahan yang siap menjawab tantangan sosial dan pariwisata masa kini,” ujar Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, Wahyu Hendratmoko, menekankan bahwa kiprah Dimas Diajeng semakin diperluas.
Kini mereka diharapkan menjadi duta digitalisasi pariwisata yang kreatif dan inklusif.
“Kami ingin Dimas Diajeng bukan hanya tampil di panggung, tapi hadir nyata di tengah masyarakat sebagai penggerak dan jembatan komunikasi antara warga, pemerintah, dan pelaku industri pariwisata,” tegasnya.
Ajang ini melibatkan 30 finalis yang sebelumnya telah mengikuti serangkaian pembekalan dan berpartisipasi aktif dalam program-program sosial Pemkot seperti Batik Segoroamarto, Sapa Lansia, dan pengelolaan sampah mandiri oleh pelaku industri pariwisata.
Dengan semangat kolaboratif dan inklusif, ajang dua tahunan ini semakin memperkuat posisi Yogyakarta sebagai kota budaya yang dikelola oleh generasi muda yang peduli, kreatif, dan visioner.