• Tentang Kami
Friday, August 1, 2025
populi.id
No Result
View All Result
  • Login
  • HOME
  • NEWS
    • GLOBAL
    • NASIONAL
    • POLITAINMENT
  • SLEMAN
  • BANTUL
  • KOTA YOGYAKARTA
  • KULON PROGO
  • GUNUNGKIDUL
  • JATENG
    • KEDU
    • SOLO RAYA
  • BISNIS
  • UMKM
  • SIKAP
  • PSS SLEMAN
  • URBAN
    • SPORT
      • LIGA
    • CENDEKIA
    • KESEHATAN
    • KULTUR
    • LIFESTYLE
    • OTOMOTIF
    • TEKNO
  • HOME
  • NEWS
    • GLOBAL
    • NASIONAL
    • POLITAINMENT
  • SLEMAN
  • BANTUL
  • KOTA YOGYAKARTA
  • KULON PROGO
  • GUNUNGKIDUL
  • JATENG
    • KEDU
    • SOLO RAYA
  • BISNIS
  • UMKM
  • SIKAP
  • PSS SLEMAN
  • URBAN
    • SPORT
      • LIGA
    • CENDEKIA
    • KESEHATAN
    • KULTUR
    • LIFESTYLE
    • OTOMOTIF
    • TEKNO
No Result
View All Result
populi.id
No Result
View All Result
Home headline

Cerita Penjual Kopi Keliling di Jogja: Batas Kemiskinan Rp20 Ribu per Hari Tak Cerminkan Realita

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan garis kemiskinan Indonesia hingga Maret 2025 sebesar Rp609.160 per kapita per bulan atau sebesar Rp 20.305 per hari

Rahadian BagusbyRahadian Bagus
July 30, 2025
in headline, Sleman
Reading Time: 2 mins read
A A
0
Sigit Rianto, penjual kopin keliling asal Banguntapan, Bantul di Jalan Kenari Yogyakarta saat ditemui, Rabu (30/7/2025). (Hadid Pangestu)

Sigit Rianto, penjual kopin keliling asal Banguntapan, Bantul di Jalan Kenari Yogyakarta saat ditemui, Rabu (30/7/2025). (Hadid Pangestu)

0
SHARES
7
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare via WhatsApp

YOGYAKARTA, POPULI.ID – Penetapan batas kemiskinan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar Rp609 ribu per bulan atau setara dengan Rp20 ribu per hari menuai sorotan tajam dari masyarakat kecil, terutama mereka yang hidup di perkotaan dengan beban biaya hidup yang terus meningkat.

Misalnya dikatakan Sigit Trianto, penjual kopi keliling yang sehari-hari mangkal di sekitar Jalan Kenari, Umbulharjo, Kota Yogyakarta.

BERITA MENARIK LAINNYA

Jurang Angka Kemiskinan: BPS vs Bank Dunia

Kemensos Gandeng 16 PT di DIY Dukung Program Percepatan Penanganan Kemiskinan

Pria asal Banguntapan, Bantul, itu mengaku kaget sekaligus bingung dengan batas yang ditetapkan pemerintah.

Menurutnya, dengan pengeluaran sebesar itu, hidup layak hanyalah ilusi.

“Kalau makan satu kali aja bisa habis Rp10 sampai Rp20 ribu. Saya sendiri sering nggak makan pagi dan siang. Sekali makan paling nasi sayur, gorengan, dan air es,” tutur Sigit, saat ditemui, Rabu (30/7/2025).

Sigit menyebut penghasilan dari berjualan kopi hanya cukup untuk menyambung hidup sehari-hari.

Sementara, kebutuhan rumah tangga, termasuk susu dan popok untuk anaknya yang baru berusia tiga tahun, kini bergantung pada penghasilan sang istri.

“Rp20 ribu sehari itu bukan ukuran mampu. Sekarang semua serba mahal, apalagi punya anak kecil,” ujarnya.

Yang membuatnya semakin miris, menurut Sigit, bantuan sosial dari pemerintah seperti Program Keluarga Harapan (PKH) sering kali tidak menyentuh orang-orang seperti dirinya.

Ia menyebut banyak warga dengan kondisi ekonomi lebih baik justru menerima bantuan.

“Saya lihat ada yang dapat PKH, tapi rumahnya bagus, usahanya jalan, bahkan datang ngambil bantuan naik Nmax atau PCX. Sedangkan saya yang pas-pasan malah nggak dapat,” keluhnya.

Namun, di tengah ketimpangan itu, Sigit mengaku tetap bekerja keras demi anak semata wayangnya.

“Yang penting anak saya bahagia. Umurnya baru tiga tahun, lagi lucu-lucunya,” katanya dengan senyum tipis.

Senada dengan Sigit, Iksan seorang buruh serabutan dari Kemantren Pakualaman juga mempertanyakan standar kemiskinan yang dikeluarkan BPS.

Dengan pengeluaran harian mencapai Rp50 ribu, secara angka, dirinya tak lagi tergolong miskin. Namun realita kehidupannya berbicara lain.

“Kalau Rp50 ribu sehari dianggap orang kaya, coba aja survei langsung ke rumah saya,” ujarnya.

Iksan kini tinggal menumpang di rumah milik kakak iparnya. Sudah 20 tahun ia menetap di sana usai gagal dalam program transmigrasi.

Untuk menutup kebutuhan hidup, ia kerap meminjam motor saudara agar bisa narik ojek online.

“Kalau sakit itu repot. Meski BPJS ada, tetap aja harus keluar biaya, apalagi kita nggak kerja pas sakit. Nggak ada pemasukan,” katanya.

Dengan penuh harap, Iksan berharap pemerintah bisa turun langsung ke lapangan, melihat dan mendengar sendiri bagaimana kerasnya hidup di balik angka-angka statistik.

“Jangan cuma dilihat dari pengeluarannya. Lihat juga bagaimana kondisinya, tempat tinggalnya, kesehatannya, itu semua saling terkait,” pungkasnya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan garis kemiskinan Indonesia hingga Maret 2025 sebesar Rp609.160 per kapita per bulan.

Besaran garis kemiskinan ini berdasarkan perhitungan survei sosial ekonomi nasional (Susenas) Maret 2025.

Dengan perhitungan Rp 609.160 per kapita per bulan, maka pengeluaran rata-rata per hari sebesar Rp 20.305.

Jika dirinci, share pengeluaran makanan mencapai Rp 454.299 per kapita per bulan dan sisanya Rp 154.861 per kapita per bulan merupakan pengeluaran non-makanan.

(populi.id/Hadid Pangestu)

Tags: angka kemiskinanBadan Pusat StatistikBPSgaris kemiskinan Indonesiakemiskinankopi keliling

Related Posts

Jurang Angka Kemiskinan: BPS vs Bank Dunia

Jurang Angka Kemiskinan: BPS vs Bank Dunia

July 31, 2025
Kemensos RI gandeng 16 perguruan tinggi di DIY dukung percepatan pengentasan kemiskinan

Kemensos Gandeng 16 PT di DIY Dukung Program Percepatan Penanganan Kemiskinan

July 17, 2025
penerimaan siswa Sekolah Rakyat Menengah Atas di Bantul

Sekolah Rakyat Hari Ini Resmi Diluncurkan, Sebanyak 275 Siswa Sudah Bisa Masuk Kelas

July 14, 2025
Ilustrasi rumah subsidi.

Pakar UGM Sebut Pembangunan Rumah Subsidi bagi MBR Berpotensi Timbulkan Kemiskinan Baru

July 7, 2025
Kepala Bappeda Gunungkidul Arif Aldian memaparkan upaya penanggulangan kemiskinan di Gunungkidul

Pemkab Gunungkidul Siapkan Anggaran Rp217,1 miliar untuk Tekan Kemiskinan

June 20, 2025
Koperasi Griya Jati dan UKDW gelar seminar di Gunungkidul

Koperasi Griya Jati dan UKDW Gelar Seminar Gali Potensi Konservasi Hutan Atasi Kemiskinan di DIY

February 17, 2025
Next Post
PSIM Jogja resmi meluncurkan seragam tanding terbaru untuk mengarungi Super League 2025/2026 bertajuk “Spirit of Mataram Sak Sukmamu, Sak Jiwamu”. (dok.psimjogja.id)

Wajib Tahu! Ini Alasan PSIM Jogja Pilih Desain Khas Mataram di Jersey Anyar

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No Result
View All Result

TERPOPULER

Ilustrasi SMP di Sleman

8 SMP Terbaik di Sleman yang Bisa Jadi Pilihan

June 4, 2025
Berikut 10 SMP unggulan di Bantul yang bisa dijadikan acuan sebelum mendaftar SPBM 2025.

Inilah 7 SMP Unggulan di Bantul yang Paling Diburu Jelang SPMB 2025

June 9, 2025
Para ojol dari berbagai aplikasi menggelar aksi di kawasan Titik Nol Kilometer bertajuk Kebangkitan Transportasi Online, Selasa (20/5/2025).

Aksi Ojol Turun ke Jalan Direspons, Sekda DIY Sambut Aspirasi Soal Regulasi dan Kesejahteraan

May 21, 2025
Kabupaten Bantul memiliki sejumlah Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang menjadi incaran para pendaftar.

10 SMP Favorit di Bantul: Pilihan Terbaik Sekolah Negeri dan Swasta

June 18, 2025
Satu diantara SMA terbaik di Bantul yakni SMA N 1 Bantul

10 SMA Terbaik di Bantul, Rekomendasi bagi Pencari Sekolah

June 4, 2025

Subscribe

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
Copyright ©2025 | populi.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • HOME
  • NEWS
    • GLOBAL
    • NASIONAL
    • POLITAINMENT
  • SLEMAN
  • BANTUL
  • KOTA YOGYAKARTA
  • KULON PROGO
  • GUNUNGKIDUL
  • JATENG
    • KEDU
    • SOLO RAYA
  • BISNIS
  • UMKM
  • SIKAP
  • PSS SLEMAN
  • URBAN
    • SPORT
      • LIGA
    • CENDEKIA
    • KESEHATAN
    • KULTUR
    • LIFESTYLE
    • OTOMOTIF
    • TEKNO

Copyright ©2025. populi.id - All Right Reserved.