DIY, POPULI.ID – Badan Pusat Statistik (BPS) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyebutkan kelompok pendidikan menjadi penyumbang utama inflasi di provinsi ini pada Juli 2025 yang tercatat sebesar 0,05 persen secara bulanan.
“Inflasi pada bulan ini utamanya berasal dari kelompok pendidikan yang mengalami inflasi 0,77 persen dan memberikan andil 0,05 persen,” ujar Plt Kepala BPS DIY Herum Fajarwati, Jumat (1/8/2025).
Komoditas penyumbang utama inflasi pada kelompok tersebut, ujar Herum, antara lain sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah atas (SMA) seiring dengan masuknya tahun ajaran baru yang biasanya dibarengi lonjakan biaya sekolah.
Selain pendidikan, kelompok transportasi turut menyumbang inflasi sebesar 0,02 persen, sedangkan kelompok makanan, minuman dan tembakau justru mengalami deflasi dengan andil 0,05 persen.
Inflasi bulanan, kata dia, juga dipicu kenaikan harga sejumlah komoditas seperti bawang merah, tomat, bensin, cabai rawit, beras, telur ayam ras, emas perhiasan, sekolah menengah pertama dan kue basah.
Adapun sejumlah komoditas yang menahan laju inflasi DIY antara lain kacang panjang yang memberikan andil deflasi sebesar 0,05 persen, diikuti buncis 0,04 persen, serta angkutan udara dan kangkung masing-masing 0,02 persen.
“Komoditas lain seperti bawang putih, sawi hijau, kelapa, bayam, ketimun, dan cabai hijau masing-masing menyumbang andil deflasi sebesar 0,01 persen,” ucap dia.
Sementara itu, secara tahunan, inflasi DIY pada Juli 2025 tercatat sebesar 2,60 persen atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 2,16 persen, sedangkan inflasi tahun kalender (Januari-Juli) mencapai 1,84 persen.
Komoditas utama penyumbang inflasi tahunan antara lain emas perhiasan, kopi bubuk, beras, tomat, kelapa, bawang merah, sigaret kretek mesin (SKM), kontrak rumah, minyak goreng dan sigaret kretek tangan (SKT).
Secara spasial, Herum berujar Kota Yogyakarta mencatat inflasi bulanan tertinggi sebesar 0,17 persen, disusul Sleman 0,04 persen, Bantul 0,02 persen, dan Kulon Progo 0,01 persen.
Sementara Kabupaten Gunungkidul, kata dia, justru mengalami deflasi sebesar 0,05 persen.
“Namun untuk inflasi tahunan, Kabupaten Gunungkidul justru mencatat angka tertinggi sebesar 2,66 persen, diikuti Sleman 2,62 persen, Bantul 2,58 persen, Kulon Progo 2,56 persen, dan terendah di Kota Yogyakarta sebesar 2,54 persen,” tutur Herum.