SLEMAN, POPULI.ID – Kirab Pusaka Saparan Ki Ageng Wonolelo kembali digelar dengan khidmat dan penuh makna di kompleks Masjid dan Makam Ki Ageng Wonolelo, Kalurahan Widodomartani, Kapanewon Ngemplak, Sabtu (2/8/2025) kemarin pagi.
Tradisi yang telah berlangsung selama 58 tahun ini bukan sekadar ritual tahunan, melainkan menjadi ruang penting bagi warga dan keturunan trah Ki Ageng Wonolelo untuk menjaga warisan nilai luhur dan spiritualitas lokal.
Bupati Sleman, Harda Kiswaya, yang turut hadir dalam kirab tersebut, menyerukan pentingnya merawat semangat kebersamaan serta meneladani ajaran dan keteladanan Ki Ageng Wonolelo, seorang tokoh penyebar Islam di wilayah Sleman.
“Upacara adat ini bukan hanya tentang melestarikan tradisi, tapi juga menyambung tali silaturahmi antarwarga dan keluarga trah. Nilai-nilai yang diwariskan Ki Ageng Wonolelo menjadi bagian penting dalam membentuk jati diri masyarakat Sleman,” ujar Harda saat memberikan sambutan.
Dalam kesempatan tersebut, Harda juga membagikan apem, kudapan tradisional yang menjadi simbol berbagi dan berkah.
Apem Wonolelo kini tak sekadar makanan tradisi, tapi telah diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda Nasional, menegaskan bahwa akar budaya lokal tetap relevan dan berdaya saing di tengah arus zaman.
Ketua Panitia sekaligus Ketua Trah Ki Ageng Wonolelo, Kawit Sudiyono, menyebut penyelenggaraan upacara adat ini adalah bentuk darma bakti kepada leluhur yang telah berjasa dalam penyebaran Islam dan pembentukan tatanan sosial masyarakat.
“Kami bersyukur Apem Wonolelo diakui secara nasional. Ini menjadi penyemangat bagi kami untuk terus menjaga tradisi, dengan pendampingan dari Pemkab Sleman dan Dinas Kebudayaan,” ungkap Kawit.
Jejak Sejarah Ki Ageng Wonolelo
Ki Ageng Wonolelo atau Syekh Jumadigeno merupakan tokoh spiritual yang memiliki garis keturunan langsung dari Prabu Brawijaya V.
Ki Ageng Wonolelo adalah cucu dari Pangeran Blancak Ngilo dan anak dari Syekh Khaki (Jumadil Qubro), yang dikenal luas sebagai penyebar Islam Jawa.
Setelah menimba ilmu agama, Ki Ageng Wonolelo mendirikan Pondok Wonolelo sebagai pusat dakwah dan pembelajaran.
Ia meninggalkan sejumlah pusaka, tapak tilas, dan benda keramat yang hingga kini dihormati masyarakat.
Kirab pusaka dan upacara Saparan yang digelar setiap tahun menjadi wujud konkret penghormatan warga terhadap jejak spiritual dan budaya leluhur.