POPULI.ID – Dua pekan setelah ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan pemerasan sertifikasi keselamatan dan kesehatan kerja (K3), penampilan mantan Wamenaker Immanuel Ebenezer mencuri perhatian. Ia kini mengenakan peci.
Gaya anyar pria yang dikenal dengan sapaan Noel itu tampak seusai menjalani pemeriksaan di KPK, Kamis (11/9/2025).
Sembari melempar senyum, eks Ketua Kelompok Jokowi Mania (JoMan) tersebut menanggapi santai ketika ditanya awak media terkait penampilan barunya. Biar kelihatan keren katanya.
Noel tentu bukanlah satu-satunya yang mendadak macak begitu.
Contoh lainnya masih banyak. Di antaranya yakni Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah yang juga pernah diciduk lembaga anti-rasuah terkait kasus pemerasan terhadap pegawai di lingkungan Pemprov Bengkulu.
Politis Partai Golkar tersebut diketahui terjaring Operasi Tangkap Tangan atau OTT pada 23 November 2024 di Bengkulu ketika menerima sejumlah uang yang diduga merupakan hasil pemerasan.
Ketika digiring ke KPK, Rohidin tampak mengenakan masker serta topi berwarna putih.
Tak berapa lama, ia terlihat berjalan di lobi KPK mengenakan rompi oranye dengan tangan diborgol serta menutup kepalanya dengan peci hitam.
Peci yang sejatinya merupakan simbol sakral, belakangan justru bergeser menjadi pernak-pernik wajib para koruptor. Bahkan ironisnya, pemakaian peci hanya sekadar agar terlihat keren.
Padahal bila menengok sejarah, peci tak hanya dipakai asal keren saja tetapi simbol religius hingga identitas bangsa loh.
Merujuk pada publikasi Sejarah Penutup Kepala di Indonesia: Studi Kasus Pergeseran Makna Tanda Peci Hitam (1908-1949) karya Najiyah Siti Firqo dari UIN Sunan Ampel Surabaya, songkok atau peci mula-mula diperkenalkan oleh pedagang Arab pada abad ke-8 ketika menyebarkan ajaran Islam di nusantara.
Menurut Rozan Yunos dalam karyanya The Origin of the Songkok or Kopiah telah jamak dipakai oleh masyarakat muslim di kawasan Melayu sejak abad ke-13.
Memasuki abad ke-20, ketika Indonesia tengah memasuki periode kebangkitan nasional, peci dipakai sebagai simbol identitas bangsa.
Tjokroaminoto misalnya. Di awal kepemimpinannya di Sarikat Islam tahun 1912, ia yang berlatar Jawa kerap mengenakan blangkon sebagai identitasnya.
Tapi ketika Sarikat Islam di kemudian tak hanya dipimpin dari suku Jawa, ia menanggalkan blangkon yang selama ini dipakai sebagai penutup kepala.
Ia mengubah penampilannya dengan mengenakan kopiah atau peci hitam polos.
Hal serupa juga dilakukan Soekarno ketika mengikuti rapat Jong Java.
Pada akhir Juni 1921, Soekarno bahkan mengusulkan agar peci dipakai sebagai lambang perjuangan menuju Indonesia merdeka.
Dengan tujuan menunjukkan kesetaraan bangsa Indonesia, peci yang mulanya hanya dikenakan oleh sejumlah tokoh muslim sebagaimana Hamka, Natsir hingga Agus Salim, kemudian mulai jamak dipakai oleh khalayak tak terbatas oleh umat muslim, sebagai simbol perlawanan.
Soekarno bahkan mengenakan peci ketika membacakan pledoi Indonesia Menggugat di pengadilan Landraad, Bandung, 18 Agustus 1930.
Di kemudian hari, pemakaian peci sebagai identitas bangsa mengalami pasang surut hingga pergeseran.
Di masa pendudukan Jepang, melalui propagandanya penggunaan peci dicirikan sebagai gaya tradisional.
Propaganda tersebut sedikit banyak memberikan pengaruh, di mana kemudian sejumlah tokoh bangsa mulai terbiasa menanggalkan peci dalam momen-momen penting.
Di antaranya pernah dilakukan oleh Mohammad Hatta ketika mengikuti Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda. Penampilannya yang tanpa mengenakan peci tersebut pun sempat menuai gunjingan.
Di masa Orde Baru, penggunaan peci berupaya dipertahankan sebagai identitas bangsa. Presiden Soeharto ketika itu nyaris senantiasa mengenakan penutup kepala memakai peci termasuk ketika kunjungan kenegaraan.
Belakangan, meski peci masih dipakai oleh sejumlah pejabat negara termasuk Presiden Prabowo sebagai identitas bangsa, nyatanya secara makna tak lagi sakral.
Bagaimana tidak, peci juga dipakai sebagai pelengkap bagi mereka yang telah mengenakan rompi oranye ketika dipajang di depan tembok KPK.
Apakah kini peci memang hanya sekadar pelengkap agar tampak keren? Apakah para perampok uang rakyat itu pantas mengenakan peci sebagai simbol yang dirancang oleh para pendahulu sebagai identitas bangsa?