YOGYAKARTA, POPULI.ID – Dalam dua hari terakhir, warga Sleman dikejutkan dengan peristiwa penelantaran bayi. Fenomena ini menambah daftar kasus serupa yang belakangan marak di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan menjadi perhatian pemerintah daerah, terutama Dinas Sosial (Dinsos) DIY.
Kepala Dinsos DIY, Endang Patmintarsih, mengungkapkan sepanjang tahun ini pihaknya mencatat peningkatan laporan terkait penemuan dan penitipan bayi. Sebagian besar kasus, katanya, melibatkan mahasiswa yang mengalami tekanan sosial dan ekonomi akibat pergaulan bebas serta jauh dari pengawasan keluarga.
“DIY ini daerah yang sangat heterogen. Banyak mahasiswa dari luar daerah tinggal di kos tanpa pengawasan pemilik rumah. Situasi itu seringkali menjadi celah munculnya pergaulan bebas dan kasus serupa,” ujarnya, Senin (27/10/2025).
Menurut Endang, sejumlah pelaku memilih membuang bayi karena merasa takut, malu, atau panik. Namun, ada pula yang menyerahkan bayinya langsung ke Dinsos untuk mendapatkan perlindungan.
“Kami bersyukur kalau mereka datang menyerahkan bayi, bukan membuangnya. Karena bagaimanapun, itu nyawa manusia yang harus diselamatkan,” tambahnya.
Ia menegaskan bahwa langkah pertama Dinsos DIY dalam menangani kasus seperti ini adalah memberikan perlindungan penuh kepada bayi. Setelah itu, baru dilakukan koordinasi dengan kepolisian untuk proses hukum terhadap pihak yang bertanggung jawab.
“Begitu ada penemuan bayi, masyarakat harus segera melapor ke polisi. Selanjutnya polisi akan berkoordinasi dengan dinas sosial supaya bayi cepat mendapat penanganan. Yang utama bayi itu harus segera ditangani,” tegas Endang.
Dinsos DIY, lanjutnya, juga berupaya mencegah kasus serupa dengan memperkuat pengawasan lingkungan indekos serta mendorong pengelola indekos memperketat aturan bagi penghuni. Koordinasi juga dilakukan dengan berbagai pihak, mulai dari perangkat desa, praktisi sosial, hingga DPRD DIY.
“Edukasi kami lakukan terus, baik lewat sosialisasi langsung, media sosial, maupun kerja sama dengan masyarakat. Kami ingin melindungi dua-duanya, bayi dan ibunya, arena keduanya sama-sama membutuhkan perlindungan,” katanya.
Ia menambahkan, sosialisasi yang dilakukan tidak hanya menekankan aspek hukum, tetapi juga mengedepankan nilai-nilai agama, sosial, dan budaya lokal.
Sebelumnya, dalam dua hari berturut-turut, warga Sleman menemukan dua bayi di lokasi berbeda. Bayi pertama ditemukan dalam kondisi hidup di dalam kotak styrofoam di Kalurahan Sumberharjo, Prambanan, pada Sabtu (25/10/2025). Sehari berselang, bayi lainnya ditemukan di Dusun Sawahan Lor, Kalurahan Wedomartani, Ngemplak, Minggu (26/10/2025) pagi.












