YOGYAKARTA, POPULI.ID – Tingkat hunian hotel di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama libur panjang akhir pekan ini mencatat rekor tertinggi sejak pandemi COVID-19 melanda. Capaian ini menjadi angin segar bagi pelaku bisnis perhotelan yang sebelumnya sempat kecewa dengan rendahnya tingkat hunian pada libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) lalu.
General Manager Little Tokyo Bantul, Hendra Dwi Utomo, mengungkapkan bahwa tingkat hunian hotel di Bantul mencapai rata-rata 90% selama libur panjang 26-29 Januari 2025. Bahkan, hotel yang dikelolanya telah terisi penuh.
“Libur long weekend kali ini lumayan buat ganti kekecewaan di libur Nataru kemarin. Little Tokyo full booking dari tanggal 26 sampai 29 Januari 2025. Kebanyakan tamu menginap 1-2 hari,” ujar Hendra, Rabu (29/1/2025).
Hendra, yang juga Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Bantul, mencatat adanya tren baru dalam kebiasaan wisatawan. Kini, banyak wisatawan yang mencoba menginap di berbagai hotel selama liburan mereka.
“Biasanya wisatawan sudah jauh-jauh hari memesan di beberapa hotel. Jadi, setelah sampai di Yogyakarta, mereka pindah-pindah dari satu hotel ke hotel lain. Tidak menetap di satu tempat saja,” tambahnya.
Ketua PHRI DIY, Deddy Eryono, juga mengungkapkan bahwa permintaan kamar hotel selama libur panjang ini melonjak drastis. Mulai 26 Januari, pihaknya bahkan kewalahan mencari kamar kosong untuk wisatawan, terutama di wilayah Kota Yogyakarta dan Sleman.
“Kami sudah sering menyarankan agar wisatawan melakukan reservasi jauh-jauh hari. Tapi masih banyak yang datang tanpa reservasi, akhirnya mereka harus berputar-putar mencari hotel, yang justru menambah kepadatan lalu lintas,” ujar Deddy.
Ia menambahkan, tingkat hunian hotel dan penginapan anggota PHRI DIY selama libur panjang kali ini rata-rata naik 30-50 persen dibandingkan hari biasa. Semua jenis penginapan, mulai dari hotel berbintang hingga homestay, mengalami peningkatan signifikan.
“Capaian ini bahkan lebih tinggi dari libur Nataru lalu, yang rata-rata tingkat hunian maksimal hanya mencapai 70 persen,” jelasnya.
Deddy menyebut lonjakan kunjungan wisatawan ke DIY juga menunjukkan optimisme bahwa sektor pariwisata perlahan bangkit setelah pandemi. Dengan preferensi wisatawan yang kini cenderung mencoba berbagai pengalaman penginapan, pelaku bisnis hotel di DIY dituntut lebih kreatif dalam menarik perhatian para tamu.
“Kami harap tren positif ini terus berlanjut, karena sektor pariwisata adalah tulang punggung perekonomian DIY. Reservasi lebih awal tetap menjadi kunci untuk meminimalkan kendala di lapangan,” imbuh Deddy.
Kenaikan Harga Hotel
Lebih jauh disinggung mengenai harga kamar hotel, Deddy memastikan tidak akan aji mumpung dalam momen libur panjang Imlek dan Isra Mi’raj 2025. Hal itu ditegaskan dengan kesepakatan kenaikan harga hotel maksimal 70 persen.
Deddy menyebut ada aturan tak tertulis yang sudah disepakati oleh para anggota PHRI DIY sebelum momen libur panjang. Menurut Deddy, tak semua anggota lantas menerapkan tarif kenaikan maksimal.
“Sudah disepakati kami kemarin long weekend ini maksimal 70 persen dari harga publish rate tapi ada kebanyakan hotel tidak menerapkan segitu, tapi 30-50 persen,” tegas Deddy.
“Ada juga yang 70 persen ada, saya tidak memungkiri ada, tapi itu masih sesuai dengan kesepakatan terutama bintang 4 dan 5,” imbuhnya.
Lebih jauh ia mengungkapkan ada beberapa properti khususnya bintang lima yang menyentuh belasan juta. Tapi tak dimungkiri kamar-kamar tersebut tetap laku pada musim liburan ini.
“Bintang 5 ada yang Rp10 juta yang presiden suit, ada yang Rp17 juta, kemarin juga habis. Nyatanya laku, nataru kemarin juga laku. Dipakai pejabat-pejabat sama pengusaha-pengusaha besar, banyak artis-artis di sini sekarang,” ujarnya.
Deddy menegaskan kesepakatan itu perlu ditaati oleh seluruh anggota PHRI DIY. Terdapat sanksi tegas jika ada yang kedapatan menaikkan harga hotel selama liburan ini.
“Sanksi itu mulai dari Surat Peringatan (SP) 1, 2 dan 3 terlebih dulu. Hingga kemudian yang paling parah akan dikeluarkan dari keanggotaan PHRI DIY,” tukasnya.