BANTUL, POPULI.ID – Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil tanaman herbal dan komoditas perkebunan terbesar di dunia, termasuk lidah buaya dan kopi robusta.
Namun hingga kini, pemanfaatan kedua bahan tersebut dalam produk kecantikan masih cenderung bersifat tunggal, hanya menggunakan salah satu di antaranya. Melihat potensi kandungan keduanya yang bermanfaat bagi kesehatan kulit, dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) melihat peluang besar dan mengembangkan inovasi baru berupa masker kecantikan berbahan kombinasi dua komoditas unggulan tersebut.
Adalah M. Fariez Kurniawan, dosen Program Studi Profesi Apoteker UMY, yang berhasil menciptakan masker wajah peel off berbasis kombinasi lidah buaya dan kopi robusta. Inovasi ini tidak hanya memanfaatkan potensi bahan lokal, tetapi juga menjawab kebutuhan pasar terhadap produk perawatan kulit yang efektif, alami, dan berkelanjutan.
“Selama ini, produk kosmetik di pasaran umumnya hanya menggunakan salah satu dari dua bahan itu, yakni lidah buaya atau kopi. Padahal, banyak penelitian menunjukkan bahwa keduanya memiliki kandungan antioksidan tinggi yang bermanfaat untuk menangkal radikal bebas, khususnya akibat paparan sinar UV,” jelas Fariez dikutip dari laman UMY, Senin (7/7/2025).
Fariez menjelaskan, lidah buaya dikenal kaya akan vitamin C dan E serta banyak dibudidayakan oleh petani lokal. Sementara kopi robusta mengandung kafein dan antioksidan alami yang juga efektif untuk perawatan kulit. Kombinasi keduanya diharapkan memberikan efek sinergis yang lebih kuat dalam menjaga kesehatan dan kecerahan kulit wajah.
Pemilihan kopi robusta juga didasari oleh alasan ketersediaan. Produksi robusta di Indonesia jauh lebih melimpah dibanding arabika, menjadikannya pilihan yang strategis untuk produksi massal ke depan.
Proses pembuatan masker ini juga relatif sederhana dan ramah lingkungan. Ekstrak kopi diperoleh melalui proses ekstraksi menggunakan alkohol atau etanol, sedangkan sari lidah buaya cukup diambil secara langsung tanpa perlu ekstraksi kimia.
“Kami blender daging lidah buaya, lalu ambil sarinya. Sari ini kemudian dicampur dengan ekstrak kopi dan ditambahkan bahan kosmetik standar lainnya untuk menghasilkan sediaan masker peel off dengan tekstur yang sesuai,” jelasnya.
Fariez bersama mahasiswanya, Yusrina Khairani, telah melakukan serangkaian uji stabilitas fisik, seperti uji pH, daya sebar, daya lekat, dan stabilitas penyimpanan untuk memastikan masker aman digunakan dalam jangka waktu panjang. Selain itu, dilakukan pula uji aktivitas antioksidan menggunakan parameter IC50 (Inhibition Concentration 50) serta uji perbandingan dengan produk komersial yang sudah beredar di pasaran.
“Hasilnya menunjukkan bahwa kemampuan antioksidan produk kami setara dengan produk-produk komersial yang ada. Ini membuktikan bahwa produk ini sangat potensial untuk dikembangkan,” imbuhnya.
Produk ini juga telah diuji coba kepada 24 responden perempuan dengan berbagai jenis kulit. Mereka diminta menggunakan masker tiga kali dalam sepekan, dengan pengujian awal pada area belakang telinga dan lengan.
“Hasilnya tidak ditemukan reaksi iritasi, gatal, kulit kering, atau kasar. Bahkan, setengah dari responden berani langsung mencobanya di wajah, dan tetap aman,” tutur Fariez.
Ia menambahkan, para responden juga merasakan sensasi dingin dan nyaman, serta efek eksfoliasi atau pengangkatan sel kulit mati yang lebih terasa dibandingkan produk sejenis di pasaran. Kandungan gel dari lidah buaya juga membantu menjaga kelembapan kulit, sehingga terhindar dari efek kering yang biasanya ditimbulkan masker peel off.
Inovasi masker kombinasi lidah buaya dan kopi robusta ini telah didaftarkan untuk memperoleh hak paten, dengan dukungan hibah dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbud Ristek). Fariez menargetkan agar produk ini dapat dikembangkan lebih lanjut hingga layak edar secara luas.
“Potensi pasar produk kecantikan di Indonesia sangat besar. Selama ini kita banyak mengandalkan produk impor, padahal bahan baku lokal kita sangat melimpah. Kalau semua proses uji dan izin edar selesai, kita bisa hadirkan produk herbal berkualitas karya anak bangsa,” tegasnya.
Fariez juga menekankan bahwa keunggulan produk ini bukan hanya dari sisi bahan alami, tetapi juga dari aspek keberlanjutan. Dengan bahan baku yang mudah diperoleh dari petani lokal, produk ini memiliki peluang besar untuk diproduksi secara masif tanpa ketergantungan impor.
“Kita ingin jadi tuan rumah di negeri sendiri yang dapat memanfaatkan kekayaan alam Indonesia untuk menghasilkan produk kecantikan secara aman, kompetitif, dan terjangkau bagi masyarakat,” tutupnya.