YOGYAKARTA, POPULI.ID – Gerakan literasi di Kota Yogyakarta akan bergerak lebih jauh, tak lagi terbatas di ruang-ruang nyaman.
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, mendorong Dinas Perpustakaan dan Kearsipan untuk menjalankan misi literasi yang lebih progresif dan menyentuh berbagai lapisan masyarakat, termasuk mereka yang berada di rumah tahanan (rutan).
“Biasanya buku tidak diantar ke rutan, ayo sekarang berubah. Mobilnya harus jalan. Buku dikirim setiap dua minggu, lalu diganti dengan yang baru,” ujarnya penuh semangat saat memberikan arahan kepada jajaran OPD, Jumat (30/5/2025).
Menurut Hasto, literasi bukan sekadar soal tumpukan buku di rak atau ruang baca yang rapi.
Lebih dari itu, literasi harus hadir di tempat-tempat yang jarang dijangkau dan menyapa mereka yang selama ini terpinggirkan.
“Kalau selemah-lemahnya perubahan, ya ngantar buku ke rutan. Itu minimal,” tegasnya.
Tak hanya mendorong distribusi buku ke tempat terbatas, Hasto juga mengusulkan sistem berbagi buku tanpa prosedur formal.
Ia ingin perpustakaan menjadi ruang publik yang terbuka dan cair, di mana warga bisa bebas menyumbangkan dan memilih buku tanpa birokrasi.
“Punya buku tipis di rumah yang tidak dibaca? Taruh saja di perpustakaan. Pulangnya, ambil buku yang disuka, meskipun tebal. Tak usah hitung-hitungan,” ucapnya. Bahkan, dengan gaya khasnya, Hasto menyindir formalitas berlebihan dalam pengelolaan perpustakaan. “Kalau bukunya dibawa lari pun, tidak apa-apa. Namanya juga berbagi,” tuturnya setengah bergurau.
Menanggapi arahan tersebut, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Yogyakarta, Afia Rosdiana, menyampaikan bahwa pihaknya terus memperbarui dan memperluas jangkauan layanan.
Sepanjang 2024, sebanyak 3.500 lebih buku baru ditambahkan ke koleksi perpustakaan, berasal dari APBD dan Dana Alokasi Khusus (DAK) APBN.
“Tahun ini kami menambah 1.517 judul dengan 1.786 eksemplar. Tambahan dari DAK sebanyak 824 judul dengan 1.710 eksemplar,” jelas Afia.
Total, perpustakaan kini memiliki sekitar 33.000 judul dan 53.000 eksemplar buku.
Mayoritas merupakan novel dan cerita fiksi yang paling diminati masyarakat.
Selain koleksi fisik, perpustakaan juga mengembangkan layanan digital melalui aplikasi e-YK, yang menyediakan lebih dari 3.000 judul buku dan dipinjam sekitar 400 kali per bulan.
“Koleksi digital kami memang belum mencakup semua buku fisik, tapi terus kami perluas. Aksesnya juga mudah, cukup mendaftar lewat ponsel Android,” imbuhnya.
Tak ketinggalan, layanan untuk penyandang disabilitas netra juga disediakan.
Perpustakaan memiliki 268 eksemplar buku braille dari 155 judul, mayoritas berupa fiksi dan majalah, yang bisa dibaca langsung di lokasi.
Semua langkah ini dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) Kota Yogyakarta, yang pada 2024 tercatat di angka 79,99—tertinggi di DIY.
“Literasi bukan hanya soal angka, tapi tentang seberapa luas dan merata pengetahuan bisa diakses oleh siapa saja,” pungkas Afia.