• Tentang Kami
Thursday, August 7, 2025
populi.id
No Result
View All Result
  • Login
  • HOME
  • NEWS
    • GLOBAL
    • NASIONAL
    • POLITAINMENT
  • SLEMAN
  • BANTUL
  • KOTA YOGYAKARTA
  • KULON PROGO
  • GUNUNGKIDUL
  • JATENG
    • KEDU
    • SOLO RAYA
  • BISNIS
  • UMKM
  • SIKAP
  • PSS SLEMAN
  • URBAN
    • SPORT
      • LIGA
    • CENDEKIA
    • KESEHATAN
    • KULTUR
    • LIFESTYLE
    • OTOMOTIF
    • TEKNO
  • HOME
  • NEWS
    • GLOBAL
    • NASIONAL
    • POLITAINMENT
  • SLEMAN
  • BANTUL
  • KOTA YOGYAKARTA
  • KULON PROGO
  • GUNUNGKIDUL
  • JATENG
    • KEDU
    • SOLO RAYA
  • BISNIS
  • UMKM
  • SIKAP
  • PSS SLEMAN
  • URBAN
    • SPORT
      • LIGA
    • CENDEKIA
    • KESEHATAN
    • KULTUR
    • LIFESTYLE
    • OTOMOTIF
    • TEKNO
No Result
View All Result
populi.id
No Result
View All Result
Home headline

Jumlah Kasus Leptospirosis di DIY Melonjak, Pakar UMY Ungkap Biangnya

penyebaran leptospirosis yang cepat berkaitan erat dengan tingginya populasi tikus sebagai reservoir alami, serta perilaku masyarakat yang belum mendukung upaya pencegahan.

byGalih Priatmojo
August 6, 2025
in headline, Nasional
Reading Time: 2 mins read
A A
0
Ilustrasi tikus penyebab penyakit leptospirosis

Ilustrasi tikus penyebab penyakit leptospirosis. [vecteezy/Oleh Bilovus]

0
SHARES
1
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare via WhatsApp

YOGYAKARTA, POPULI.ID – Jumlah kasus leptospirosis di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengalami lonjakan signifikan hingga mencapai 282 kasus pada Juli 2025.

Dari angka tersebut, Kabupaten Bantul menjadi wilayah dengan jumlah kasus tertinggi, yaitu sebanyak 165 kasus, disusul Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, Kabupaten Kulon Progo, dan Kabupaten Gunungkidul. Beberapa wilayah melaporkan kematian, dengan Bantul mencatatkan angka kematian tertinggi, yaitu 24 kasus.

BERITA MENARIK LAINNYA

Sri Sultan HB X Dorong Transparansi Keuangan untuk Bangun Desa yang Berkeadaban

Gelombang Tinggi Hantam Kawasan Pesisir DIY, Diprediksi Terjadi hingga 9 Agustus

Menurut dosen Program Studi Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang juga pakar epidemiologi lapangan, Dr. dr. Titiek Hidayati penyebaran leptospirosis yang cepat berkaitan erat dengan tingginya populasi tikus sebagai reservoir alami, serta perilaku masyarakat yang belum mendukung upaya pencegahan.

“Reservoir alami leptospirosis adalah tikus, dan populasi tikus di lingkungan kita masih sangat banyak, baik di rumah, sawah, maupun peternakan. Penularan terjadi biasanya lewat luka terbuka atau mukosa yang terkena air kencing tikus,” jelas Titiek dikutip dari laman UMY, Rabu (6/8/2025).

Leptospirosis seringkali sulit terdiagnosis karena gejalanya mirip dengan penyakit lain seperti demam berdarah, tifoid, atau hepatitis. Titiek mengungkapkan bahwa gejala awal dapat berupa demam tinggi, nyeri otot, kulit dan mata menguning, dan jika sudah parah bisa menyebabkan gagal ginjal atau perdarahan pada paru-paru.

Sayangnya, alat diagnostik spesifik untuk leptospirosis, seperti mikroskop medan gelap atau uji ELISA dan RT-PCR, tidak tersedia di semua puskesmas, sehingga sering terjadi underdiagnosis atau overdiagnosis.

“Obat untuk leptospirosis sebenarnya mudah didapat dan tersedia di puskesmas, seperti ampisilin atau doksisiklin. Namun, karena pasien menganggap ini hanya demam atau gejala biasa, mereka sering terlambat datang berobat,” jelasnya.

Titiek menambahkan bahwa pengendalian leptospirosis harus dimulai dari perilaku bersih dan sehat, penggunaan alas kaki saat ke sawah atau tempat becek, serta menjaga kebersihan lingkungan.

Ia menilai kurangnya praktik Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) oleh masyarakat turut mempercepat penularan leptospirosis. Apalagi, masih ada petani yang tidak memakai alas kaki saat berada di sawah, padahal luka kecil saja bisa menjadi pintu masuk bagi bakteri.

Pemerintah, menurut Titiek, sudah cukup baik dalam mempromosikan PHBS, terutama sejak pandemi COVID-19. Namun, ia menilai pengendalian lingkungan dan manajemen sampah masih menjadi tantangan besar dalam mencegah penyebaran leptospirosis. Ia juga menyoroti pentingnya deteksi dini kepada masyarakat, termasuk skrining tikus-tikus sebagai indikator awal.

“Pemerintah sudah gencar mempromosikan PHBS, tapi kesadaran masyarakat tentang kebersihan diri dan lingkungan melalui pengelolaan sampah masih belum optimal. Tikus sangat menyukai lingkungan kotor, terutama area dengan sampah berserakan. Jika tikus di suatu daerah sudah positif leptospirosis, skrining terhadap tikus bisa mencegah potensi Kejadian Luar Biasa (KLB),” imbuhnya.

Dari sudut pandang epidemiologi, Titiek menilai kasus leptospirosis di DIY saat ini belum terkendali, mengingat jumlah kasus yang masih tinggi. Bahkan, menurutnya, masih ada double burden disease, di mana penyakit infeksi belum terkendali dan penyakit tidak menular meningkat. Titiek menyarankan agar strategi penanganan kesehatan masyarakat lebih terintegrasi dan berjangka panjang.

Tags: DIYLeptospirosistikusTitiek HidayatiUMY

Related Posts

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X

Sri Sultan HB X Dorong Transparansi Keuangan untuk Bangun Desa yang Berkeadaban

August 7, 2025
Nelayan Gunungkidul Diminta Waspadai Gelombang Tinggi Selama Tiga Hari ke Depan

Gelombang Tinggi Hantam Kawasan Pesisir DIY, Diprediksi Terjadi hingga 9 Agustus

August 6, 2025
tampilan aplikasi Sentuh Tanahku yang berfungsi untuk mengakses sertifikat tanah elektronik

Pemerintah Kini Terapkan Sertifikat Tanah Elektronik, Pakar UMY Beber Keuntungannya

August 5, 2025
Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyimak pembacaan vonis terkait kasus Harun Masiku di Pengadilan Tipikor Jakarta, Jumat (25/7/2025)

Prabowo Beri Amnesti untuk Hasto Kristiyanto, Pakar Hukum Pidana UMY: Saya Prihatin

August 2, 2025
Ilustrasi Pendidikan Nasional

BPS Sebut Kelompok Pendidikan Jadi Penyumbang Utama Inflasi DIY Selama Bulan Juli 2025

August 1, 2025
Jalan Tol Solo-Yogyakarta-YIA Kulonprogo (Jogja-Solo) segmen Colomadu-Ngawen (Klaten). (sumber : dok.jsmm.co.id)

Pembangunan Tol Kurangi Lahan Pertanian di Sleman, Produksi Pangan Diklaim Tetap Aman

July 30, 2025
Next Post
Dua tersangka kasus penelantaran bayi hingga meninggal saat dihadirkan di Mapolresta Sleman, Rabu (6/8/2025).

Sepasang Mahasiswa di Sleman Telantarkan Orok, Sebelum Dikubur Bayi Sempat Alami Kekerasan

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No Result
View All Result

TERPOPULER

Ilustrasi SMP di Sleman

8 SMP Terbaik di Sleman yang Bisa Jadi Pilihan

June 4, 2025
Berikut 10 SMP unggulan di Bantul yang bisa dijadikan acuan sebelum mendaftar SPBM 2025.

Inilah 7 SMP Unggulan di Bantul yang Paling Diburu Jelang SPMB 2025

June 9, 2025
Kabupaten Bantul memiliki sejumlah Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang menjadi incaran para pendaftar.

10 SMP Favorit di Bantul: Pilihan Terbaik Sekolah Negeri dan Swasta

June 18, 2025
Para ojol dari berbagai aplikasi menggelar aksi di kawasan Titik Nol Kilometer bertajuk Kebangkitan Transportasi Online, Selasa (20/5/2025).

Aksi Ojol Turun ke Jalan Direspons, Sekda DIY Sambut Aspirasi Soal Regulasi dan Kesejahteraan

May 21, 2025
Satu diantara SMA terbaik di Bantul yakni SMA N 1 Bantul

10 SMA Terbaik di Bantul, Rekomendasi bagi Pencari Sekolah

June 4, 2025

Subscribe

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
Copyright ©2025 | populi.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • HOME
  • NEWS
    • GLOBAL
    • NASIONAL
    • POLITAINMENT
  • SLEMAN
  • BANTUL
  • KOTA YOGYAKARTA
  • KULON PROGO
  • GUNUNGKIDUL
  • JATENG
    • KEDU
    • SOLO RAYA
  • BISNIS
  • UMKM
  • SIKAP
  • PSS SLEMAN
  • URBAN
    • SPORT
      • LIGA
    • CENDEKIA
    • KESEHATAN
    • KULTUR
    • LIFESTYLE
    • OTOMOTIF
    • TEKNO

Copyright ©2025. populi.id - All Right Reserved.