YOGYAKARTA, POPULI.ID – Sejumlah tenaga sosial dilibatkan dalam mewujudkan Yogyakarta bebas dari gelandangan dan pengemis (gepeng) menjelang hari jadinya pada 7 Oktober 2025 mendatang.
Beberapa kelompok yang tergabung sebagai Pilar Sosial turut dilibatkan, diantaranya pendamping sosial, Karang Taruna, pendamping Program Keluarga Harapan (PKH), Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK).
Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo menyampaikan bahwa penertiban gepeng menjadi bagian dari upaya Pemkot Yogyakarta dalam memperkuat kesejahteraan sosial.
Hasto menyoroti bahwa hal tersrbut di Kota Yogyakarta masih menjadi masalah yang kompleks.
“Pengemis, gelandangan, hingga anak terlantar, serta berbagai permasalahan sosial lainya perlu langkah sinergi sebagai bentuk penguatan,” ujar Hasto saat apel Pilar Sosial di Grha Pandawa Balai Kota Yogyakarta, Minggu (28/9/2025).
Hasto ingin tidak adalagi gepeng di berbagai titik yang berdampak buruk pada sektor pariwisata. Sisa waktu menjelang HUT Kota Yogyakarta dirinya ingin mewujudkan zero gepeng dengan mengerahkan berbagai eleman masyarakat.
“Maka kita bergerak, Ini hanya menyisalan 10 hari (menuju hari jadi) saya harap Kota Yogyakarta bisa tertib, tidak ada yang menyediakan tempat untuk ngamen sembarangan,” katanya.
“Karena ada keluhan dari masyarakat kalau jajan di lesehan-lesehan jalan Mangkubumi atau Malioboro jadi terganggu,”katanya.
Dirinya ingin Hari Jadi Kota Yogyakarta tahun ini menjadi awal hingga seterusnya tidak ada lagi gelandangan maupun pengamen.
Sementara itu, Sekretaris Komisi D Solihul Hadi menyampaikan mengatasi permasalahn gepeng di Kota Yogyakarta harus dilakukan dengan hati-hati.
“Ini perlu dilakukan secara hati-hati dan menggunakan perasaan. Karena memang ini (gepeng) sangat sensitif,” ujarnya.
Ia meminta tenaga masyarakat untuk melakukan identifikasi terhadap gepeng di setiap wilayah untuk melakukan intervensi. Hingga saat ini identifikasi yabg dilakukan baru memasuki tahap awal.
“Kami meminta ini untuk diidentifikasi persoalannya (gepeng), apakah dikembalikan kepada pihak keluarganya atau bisa diberikan pekerjaan,” ujarnya.
Solihul berharap wisatawan yabg berkunjung ke Yogyakarta tidak terganggu dengan penanganan yang dilakukan, baik pemerintah, DPRD, dan tenaga dari pilar sosial.
Potensi budaya dan pariwisata di Kota Yogyakarta menurutnya perlu dirawat dengan melakukan penertiban terhadap gepeng.
(populi.id/Hadid Pangestu)