YOGYAKARTA, POPULI.ID – Kasus tuberkulosis (TBC) di Kota Yogyakarta masih menjadi perhatian serius dinas kesehatan (dinkes). Terutama karena angka kesembuhan belum memenuhi target nasional dan penularannya terus terjadi di berbagai lingkungan.
Kepala Seksi Pencegahan, Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinkes Kota Yogyakarta, Endang Sri Rahayu, mengatakan tingginya kasus TBC di Indonesia maupun di tingkat kota patut diwaspadai karena penyakit tersebut dapat menular dengan mudah melalui udara. Ia menyebut situasi tersebut sangat memprihatinkan karena TBC dapat menyerang siapapun dan mudah menular melalui udara.
“Indonesia berada di posisi kedua dunia. Ini sangat mengkhawatirkan karena penularannya lewat udara dan semua orang berisiko tertular,” ujarnya, Sabtu (29/11/2025).
Di tingkat Kota Yogyakarta, angka kesembuhan TBC masih berada di bawah target nasional 90 persen. Tahun lalu, tingkat keberhasilan pengobatan hanya sekitar 86 persen. Sementara tahun ini diperkirakan baru mendekati 80 persen.
“Belum pernah tembus 90 persen. Pasien yang sudah berobat saja tidak semuanya sembuh tuntas, sehingga masih memiliki potensi menularkan,” ungkap Endang.
Endang juga menyoroti meningkatnya kasus TBC resisten obat (TB RO), yang sebagian besar disebabkan pasien menghentikan pengobatan sebelum waktunya. Pengobatan TBC minimal berlangsung enam bulan dan harus diminum setiap hari tanpa terputus.
“Banyak yang merasa sudah sehat lalu berhenti minum obat. Ada yang bosan, ada yang terkendala jarak ke fasilitas kesehatan. Hal-hal seperti ini memicu resistensi obat,” jelasnya.
Saat ini, penggunaan tes cepat molekuler (TCM) memungkinkan tenaga kesehatan mendeteksi lebih awal apakah pasien menderita TBC yang sensitif atau resisten terhadap obat.
Epidemiolog Kesehatan Dinkes Kota Yogyakarta, Setyo Gati Candra Dewi, mengungkapkan sejak awal 2025 hingga pertengahan November, terdapat 1.161 kasus TBC yang tercatat di seluruh fasilitas kesehatan di Kota Yogyakarta. Termasuk di 18 puskesmas, 18 rumah sakit, klinik, dan praktek dokter. Namun, tidak seluruhnya merupakan warga Kota Yogyakarta.
“Dari total 1.161 kasus, hanya sekitar 590 yang berdomisili di Kota Yogyakarta. Biasanya setiap tahun hanya 50–60 persen yang benar-benar warga kota,” jelasnya.
Jumlah tersebut juga lebih tinggi dibanding estimasi pusat, yakni sekitar 1.034 kasus TBC selama 2025.
Untuk menekan penularan, dinkes melakukan investigasi kontak pada setiap pasien yang ditemukan. Kontak erat diperiksa gejalanya, sedangkan kontak sehat diberikan Terapi Pencegahan TBC (TPT). Upaya penelusuran juga digencarkan di sekolah hingga tempat kerja.
“Harus tetap waspada karena penularan dapat terjadi di mana saja, di kantor, sekolah, pasar, hingga transportasi umum. Masker sangat penting,” tandas Gati.











