YOGYAKARTA, POPULI.ID – Turunnya daya beli masyarakat berimbas ke sejumlah sektor bisnis. Di antaranya para penjual sepeda.
Seperti diketahui, sejak pandemi Covid-19 melanda, minat masyarakat terutama di wilayah Yogyakarta untuk berolah raga mengalami peningkatan, terutama bersepeda.
Kondisi tersebut memicu penjualan sepeda yang kala itu laris manis bak jualan krupuk.
Namun, belakangan seiring turunnya tren bersepeda ditambah dengan lesunya daya beli masyarakat membuat penjualan sepeda di sejumlah pedagang di Yogyakarta turut terdampak.
Lalan, seorang pemilik toko sepeda eceran di Condongcatur, Sleman menyampaikan tidak ada kepastian dalam penjualan sepeda. Hal tersebut ia alami setelah tren bersepeda menurun setelah pandemi.
“Secara keseluruhan (penjualan) menurun. Dari awal tahun setelah kaget harganya anjlok kembali ke harga normal dari pabrik, harganya disesuaikan pasar, jadi harganya turun semua, daya beli tidak seperti dulu,” katanya, Rabu (13/8/2025).
Beberapa jenis sepeda yang sebelumnya turut mendongkrang penjualan di antaranya mountain bike (MTB) kini hampir tidak laku dibandingkan sepeda anak.
“MTB di atas Rp3 juta sudah berat, paling pada cari yang harga Rp1 juta – Rp2 jutaan. Beda sama Covid dulu berapa aja dibeli,” katanya.
Ia menyampaikan sepeda dengan harga mahal hanya menjadi pajangan di gudang, saking tidak lakunya.
Dirinya terpaksa harus mengikuti harga normal, bahkan di bawah standar agar sepeda-sepedanya bisa keluar dari toko.
Ia menilai penurunan penjualan sepeda saat ini diakibatkan karena penurunan daya beli masyarakat.
“Enggak tahu juga ya ini, kenapa kok masyarakat daya belinya menurun banget,” katanya.
Meskipun tidak semua jenis laku, ia mengaku penjualannya masih terbantu dengan adanya pembelian beberapa pihak untuk kebutuhan doorprize, terutama untuk hadiah lomba peringatan kemerdekaan.
“Kita dibantu acara 17an, agak lumayan” katanya.
Dengan momen kemerdekaan ini, Ia berharap ke depan penjualan sepeda di tokonya bisa meningkat dari sebelumnya.
Berbeda dengan yang dialami Lalan, kondisi di toko sepeda modern justru mengalami tren peningkatan pembelian.
Assistant Supervisor (SPV) Rodalink Cabang Yogyakarta Ahmad Syahroni menyampaikan bahwa saat ini pembelian sepeda didukung oleh event sepeda.
Pasalnya, selain menjual sepeda, pihaknya juga melakukan penyewaan sepeda yang banyak digunakan oleh event-event pemerintah daerah.
“Awal agustus startnya sudah baik, banyak event sepeda dari instansi-instansi yang ngadain tiap Agustusan,” ungkapnya.
Di satu sisi, ia juga menyebut masyarakat kini telah memahami pentingnya olahraga yang kemudian memberikan dampak positif terhadap penjualan sepeda di tokonya.
“2 bulan ini penjualan memang meningkat. Beberapa waktu lalu juga mungkin dari anak anak muda penggemar fixie yang lagi mencari, tapi kami memang nggak punya produknya,” katanya di kantor cabang Jalan Laksda Adi Sucipto, Caturtunggal, Depok, Sleman.
Secara tren, ia menyebut saat pandemi Covid-19, penjualan sepeda sempat meningkat. Kondisi pembelian sempat mengalami stabil, dan menurun jauh pada 2024.
“2024 setelah Covid-19 ada penurunan, jadi yang menggunakan orang yang benar-benar bersepeda,” katanya.
Tren olahraga yang saat ini banyak digemari masyarakat, mulai dari paddle hingga lari disebutnya tidak mempengaruhi penjualan sepeda di tokonya.
Kendati begitu, Syahroni menyampaikan meskipun mengalami kenaikan penjualan dirinya tidak bisa memberitahu secara pasti.
“Yang rasain tidak hanya di cabang Yogyakarta, ada beberapa daerah juga mengalami kenaikan,” terangnya.
(populi.id/Hadid Pangestu)