SLEMAN, POPULI.ID – Program strategis Makan Bergizi Gratis terhitung hampir dua pekan berlangsung sejak diluncurkan pada 6 Januari 2025 lalu. Selain persoalan SOP penyajian, terdapat potensi masalah yang bisa ditimbulkan yakni sampah organik sisa makanan.
Potensi persoalan sampah organik itupun kini tengah dimitigasi oleh Dinas Lingkungan Hidup Sleman. Mengingat produksi sampah organik dari sisa MBG yang ditimbulkan sementara ini tergolong besar.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sleman Epiphana Kristiyani mengaku pihaknya cukup kesulitan untuk mengelola sampah organik yang ditimbulkan dari produksi MBG.
Hal itu karena di Sleman tak memiliki Tempat Pengolahan Sampah khusus organik.
“Baru saja kami mendapatkan data sisa sampah organik dari dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi untuk 1000 porsi. Di lapangan tiap SPPG bisa melayani 3000 porsi perhari. Sisa makanannya ini tentu besar. Nah kami cukup kesulitan untuk mengelola ini karena ngga ada TPS organik di Sleman,” terangnya, Jumat (17/1/2025).
Epiphana mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan pengelola dapur SPPG untuk memilah sampah sisa makanan, sisa sampah sayuran dan buah, sampah kardus dan plastik. Semua harus terpisah.
“Jangan sampai sampahnya dijadikan satu. Kalau disatukan, kami sulit untuk memilah. Namun, hasil akhirnya setelah pelaksanaan MBG dalam satu minggu ini,” katanya.
Dia mengatakan pihaknya tidak memperkirakan sebelumnya dalam pengolahan sampah organik sisa program MBG. Padahal, jumlah siswa di Sleman sebanyak 165 ribu untuk kategori PAUD, TK, SD dan SMP. Jumlah tersebut belum termasuk siswa SMA/SMK dan pondok pesantren.
“Ini harus dipecahkan bersama supaya tidak menimbulkan persoalan. Pelaksanaan MBG ini tidak hanya sehari, tapi lima hari dalam satu minggu,” katanya.