• Tentang Kami
Monday, May 19, 2025
populi.id
No Result
View All Result
  • Login
  • HOME
  • NEWS
    • GLOBAL
    • NASIONAL
    • POLITAINMENT
  • SLEMAN
  • BANTUL
  • KOTA YOGYAKARTA
  • KULON PROGO
  • GUNUNGKIDUL
  • JATENG
    • KEDU
    • SOLO RAYA
  • BISNIS
  • UMKM
  • SIKAP
  • PSS SLEMAN
  • URBAN
    • SPORT
      • LIGA
    • CENDEKIA
    • KESEHATAN
    • KULTUR
    • LIFESTYLE
    • OTOMOTIF
    • TEKNO
  • HOME
  • NEWS
    • GLOBAL
    • NASIONAL
    • POLITAINMENT
  • SLEMAN
  • BANTUL
  • KOTA YOGYAKARTA
  • KULON PROGO
  • GUNUNGKIDUL
  • JATENG
    • KEDU
    • SOLO RAYA
  • BISNIS
  • UMKM
  • SIKAP
  • PSS SLEMAN
  • URBAN
    • SPORT
      • LIGA
    • CENDEKIA
    • KESEHATAN
    • KULTUR
    • LIFESTYLE
    • OTOMOTIF
    • TEKNO
No Result
View All Result
populi.id
No Result
View All Result
Home Cendekia

Akbar Reza: Kampus Harusnya Perkuat Inovasi Bukan Jadi Pelaku Bisnis Tambang

Dosen Fakultas Biologi UGM, Akbar Reza menyatakan sikapnya terkait wacana perguruan tinggi bisa kelola tambang

byGalih Priatmojo
February 11, 2025
in Cendekia, headline
Reading Time: 3 mins read
A A
0
Dosen Teknik Geologi UGM Tolak Perguruan Tinggi Kelola Tambang

Ilustrasi tambang yang tengah ramai disebut pengelolaannya bakal melibatkan perguruan tinggi. [pexels/Aleksandar Pasaric]

0
SHARES
2
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare via WhatsApp

SLEMAN, POPULI.ID – Rencana  pemberian  izin  bagi  perguruan  tinggi  mengelola  tambang  masih menuai penolakan. Perguruan tinggi disangsikan kemampuan dan kapasitasnya mengelola bisnis pertambangan.

Akbar Reza, dosen Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada memandang rencana tersebut sebagai sesuatu yang ironi terhadap pelaksanaan SDGs dan Green Campus di banyak perguruan tinggi selama ini. Merespon terhadap rencana kebijakan tersebut menjadikan suasana kampus terpecah dalam dua kutub.

BERITA MENARIK LAINNYA

Peneliti UGM Berhasil Temukan Genetik Baru untuk Pengembangan Produksi Padi Hitam

Ahli UGM Jawab Isu Kelinci Percobaan Terkait Uji Klinis Vaksin TBC: Itu Keliru!

“Secara umum, Forum Rektor Indonesia cenderung mendukung, sedangkan Majelis Dewan Guru Besar di beberapa kampus menolak”, ujarnya seperti dilansir dari laman UGM, Selasa (11/2/2025).

Secara terbuka, kata Akbar, menyebutkan beberapa dosen secara sporadis menyatakan sikap untuk menolak maupun mendukung. Meski begitu belum ada konsolidasi kolektif yang menyeluruh. Dalam isu kampus dan legitimasi pertambangan ini, menurutnya, ada benturan antara kompetensi, moralitas, dan krisis identitas.

Bahkan narasi yang berkembang berbunyi Tambang untuk Kampus, sebagai kondisi ironis dengan narasi SDGs dan Green  Campus  yang  belakangan  ini digelorakan dan dicitrakan oleh  sejumlah kampus. Banyak kampus berlomba masuk dalam peringkat kampus yang mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) dan green metric.

“Namun,  jika  kampus yang sama justru terlibat dalam industri ekstraktif yang merusak lingkungan, maka itu adalah sebuah ironi besar. Apalagi kampus diajak mendukung target Net Zero 2060,” katanya.

Terhadap rencana kebijakan ini, Akbar mengkhawatirkan bila akademisi di lingkungan kampus digunakan sebagai alat legitimasi moral dan intelektual bagi industri  tambang.  Sementara dalam kenyataan, pengelolaan  tambang  bukan  hanya soal modal kapital tetapi ada sejumlah kompetensi teknis yang tidak dimiliki oleh seluruh akademisi.

Dalam diskusi yang digelar Bakul Pemimpi hadir para ahli pertambangan dan para akademisi. Dalam pembahasan mereka mencoba menelaah sejumlah tantangan dan risiko yang akan dihadapi perguruan tinggi bila dipaksa terjun ke bisnis tambang.

Di kesempatan terpisah, Zulfatun Mahmudah, Anggota Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Kutai Timur,  memastikan kampus akan melakukan blunder besar bila nekad tetap ingin mengelola tambang. Dia mengungkapkan tiga alasan kampus sulit mengelola tambang dikarenakan minimnya kemampuan finansial, kapasitas operasional penambangan termasuk menghadapi tantangan persoalan sosial dan lingkungan.

Menurutnya, sektor pertambangan membutuhkan modal awal yang sangat besar untuk melakukan eksplorasi dan ekstraktif. Meliputi jaminan  reklamasi  yang  harus  disetor  dalam  waktu 30 hari setelah dokumen rencana reklamasi diserahkan. Pendanaan berikutnya untuk eksplorasi yang mencakup pemetaan lokasi, penentuan kualitas dan deposit batu bara, serta analisis dampak lingkungan yang juga membutuhkan dana besar.

Jika dua tahapan itu terpenuhi, tidak serta merta bisa segera menambang lalu meraup untung. Perusahaan tambang harus mengeluarkan biaya lagi untuk konstruksi yaitu pembangunan fasilitas pengolahan seperti crusher dan coal processing plant, pembuatan jalur pengangkutan (hauling road) yang bisa sangat mahal jika lokasi tambang jauh dari jalur distribusi.

“Biaya   kontruksi  ini  termasuk  pembangunan  perkantoran  dan  perumahan karyawan karena tambang biasanya berada di daerah terpencil. Bisa dibayangkan, modal awal sebelum menambang sudah sangat mahal. ini belum menambang. Sebagai gambaran, PT Kaltim Prima Coal menghabiskan 570 juta USD dalam tahap konstruksi awalnya, atau sekitar 10 triliun rupiah dengan kurs saat ini,” kata Zulfatun.

Biaya besar berikutnya, menurutnya, untuk operasional dan keselamatan tambang. Meskipun menghasilkan keuntungan, perusahaan tambang harus mengeluarkan lagi biaya pajak dan royalti.

“Kita harus tahu royalti ekspor lebih tinggi dibanding domestik. Ini belum termasuk sharing profit ke pusat dan daerah, bahkan wajib mengalokasikan duit untuk CSR dan tanggung jawab sosial”, ungkapnya.

Zulfatun menyebut hanya dua pilihan pendanaan yaitu melibatkan pihak ketiga. Artinya hal ini bisa dilakukan dengan memberikan hak konsesi ke investor, dan kampus menerima fee namun hilang kendali penuh atas tambang. Bisa pula kampus mencari pinjaman dana, yang berarti harus ada aset sebagai jaminan. “Pilihan pertama, berarti kampus menjadi broker. Atau pilihan kedua, ada risiko break-even point (BEP) dalam industri tambang sangat panjang, dan ada risiko kerugian akibat fluktuasi harga batu bara, misalnya,” katanya.

Selain itu, kampus juga berhadapan dengan risiko yang lain yaitu kehancuran reputasi. Kampus bisa dinilai tidak   independen karena   tersandera   kepentingan  bisnis. “Kampus  akan  kehilangan kredibilitas akademik akibat konflik kepentingan. Kampus bisa dianggap menyimpang dari tujuan awalnya sebagai institusi pendidikan dan penelitian”, terangnya.

Zulfatun menyarankan, para pimpinan perguruan  tinggi  yang tergabung dalam forum  rektor  sebaiknya memperkuat perannya dalam riset, inovasi teknologi, atau pendidikan pertambangan yang berkelanjutan, bukan malah menjadi pelaku bisnis tambang itu sendiri.

Tags: Akbar RezainovasikampusTambangUGM

Related Posts

Ilustrasi padi hitam

Peneliti UGM Berhasil Temukan Genetik Baru untuk Pengembangan Produksi Padi Hitam

May 18, 2025
Epidemiolog UGM dr Riris Andono Ahmad memberi penjelasan terkait rumor kelinci percobaan terkait uji klinis vaksin TBC di Indonesia

Ahli UGM Jawab Isu Kelinci Percobaan Terkait Uji Klinis Vaksin TBC: Itu Keliru!

May 17, 2025
UGM Siap Hadapi Gugatan Rp69 Triliun soal Ijazah Jokowi

UGM Siap Hadapi Gugatan Rp69 Triliun soal Ijazah Jokowi

May 16, 2025
Mantan Presiden Indonesia Jokowi menemui eks dosen pembimbing ketika di UGM yakni Kasmudjo. Pertemuan tersebut disorot di tengah isu ijazah palsu yang menyasar mantan Wali Kota Solo tersebut.

Profil Ir. Kasmudjo, Dosen Pembimbing Akademik Jokowi Terseret Isu Ijazah Palsu

May 14, 2025
Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo memaparkan 100 perubahan dalam 100 Hari Kerjanya di Fisipol UGM, Selasa (13/5/2025)

Pemimpin Mendengar: Wali Kota Yogyakarta Serap Aspirasi dan Paparkan 100 Perubahan

May 13, 2025
UGM satu diantara perguruan tinggi di Jogja yang menyediakan jurusan ilmu politik

Digugat Terkait Ijazah Jokowi, UGM: Kami akan Kooperatif

May 13, 2025
Next Post
Ketua DPRD Sleman Gustan Ganda (pakaian hitam)

Buktikan Komitmen, Gustan Ganda Wujudkan Pembangunan Infrastruktur di Balecatur Gamping

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No Result
View All Result

TERPOPULER

poster penolakan iklan minuman keras yang diproduksi cap orang tua bermerek Kaliurang

Warga Lereng Merapi Protes, Tolak Nama “Kaliurang” Jadi Cap Miras

April 21, 2025
Hasto Karyantoro (duduk tengah) bersama perwakilan pemuda dari 17 kapanewon dsaat mengikuti kegiatan Pembinaan Organisasi Kepemudaan, 16–17 April 2025, di Joglo Donowarih.

Hasto Karyantoro Ajak Pemuda Sleman Sadar Peran dalam Pembangunan Daerah

April 17, 2025
Ketua DPRD Sleman Y. Gustan Ganda berfoto bersama jajaran pimpinan media populi.id, Senin (17/3/2025). [Dok. populi.id]

Ketua DPRD Sleman Gustan Ganda Ajak Populi.id Optimalkan Branding Wakil Rakyat

March 17, 2025
Foto bersama tim Sleman United (hitam) dan Vosda Kebumen (putih biru) usai berlaga di GOR Baratan, Pakem, Sleman, Jumat (14/3/2025) petang.

Menangi Laga Persahabatan, Vosda Kebumen Akui Kesulitan Hadapi Sleman United

March 15, 2025
Pengajian akbar API Armageddon

Dihadiri Ribuan Jamaah, Pengajian Akbar Yayasan API Armageddon Berlangsung Meriah

February 18, 2025

Subscribe

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
Copyright ©2025 | populi.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • HOME
  • NEWS
    • GLOBAL
    • NASIONAL
    • POLITAINMENT
  • SLEMAN
  • BANTUL
  • KOTA YOGYAKARTA
  • KULON PROGO
  • GUNUNGKIDUL
  • JATENG
    • KEDU
    • SOLO RAYA
  • BISNIS
  • UMKM
  • SIKAP
  • PSS SLEMAN
  • URBAN
    • SPORT
      • LIGA
    • CENDEKIA
    • KESEHATAN
    • KULTUR
    • LIFESTYLE
    • OTOMOTIF
    • TEKNO

Copyright ©2025. populi.id - All Right Reserved.