POPULI.ID – Pernikahan mewah Luna Maya dan Maxime Bouttier yang digelar di Bali menjadi topik hangat yang diperbincangkan pada Mei 2025. Menariknya, pernikahan tersebut mengusung adat Yogyakarta, seusai leluhur keluarga Luna.
Luna Maya merupakan selebritis berdarah campuran Indonesia-Austria. Ayahnya bernama Uut Bambang Sugeng, seorang pria Jawa Tulen. Sementara sang ibu Desa Maya Waltaurd Maiyer berasal dari Austria.
Sedari remaja, Luna Maya telah ditinggal oleh ayah tercinta yang tutup usia. Meski berasal dari beragam latar budaya, aktris kelahiran Bali tersebut tetap memegang warisan tradisi Jawa dari sang ayah.
Dibuktikan dengan konsep pernikahannya bersama Maxime Bouttier yang sarat akan nuansa Jawa, khususnya Yogyakarta. Seiring dengan hal itu, sosok ayah Luna Maya turut dikenang
Berikut profil mendiang Uut Bambang Sugeng
Uut Bambang Sugeng lahir di Yogyakarta, 11 Januari 1951. Uut adalah putra dari pasangan Soedjono dan Sukartini.
Ayah Uut seorang pensiunan tentara asal Cirebon, sedangkan ibunya berasal dari Bojonegoro. Darah Jawa mengalir deras pada tubuh Uut.
Setelah tamat sekolah, Uut memulai petualangannya sebagai seniman. Ia memutuskan untuk hijrah ke Bali agar lebih leluasa mengembangkan bakatnya di bidang seni.
Uut sempat menekuni musik khususnya instrumen sarod yang mengantarkannya berguru ke India pada 1976. Perjalanan itu membawanya bertemu dengan Desa Maya yang membuatnya jatuh hati.
Keduanya akhirnya menikah dan memutuskan untuk menetap di Pulau Dewata. Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai tiga anak yakni Ismael Dully, Tipi Jabrik dan Luna Maya.
Dari foto-foto yang berhasil diabadikan, Uut memiliki penampilan nyentrik dengan rambut gondrong, jenggot dan kumis. Tatapan matanya juga tajam.
Selain bermusik, ayah tiga anak itu juga jago membatik dan melukis. Ia menuangkan karya seni lewat beragam media. Seni lukis menjadi salah satu kencintaan Uut.
Dalam sebuah katalog yang dibagikan Tipi Jabrik di media sosial, Uut mulai melukis di akhir hidupnya, namun selalu antusias dengan dunia seni.
Karya-karyanya berkembang selama bertahun-tahun dengan gaya ekspresionisme yang khas. Sebagian besar lukisannya menggambarkan tentang lingkungan dan kehidupan kesehariannya di Bali.
Uut menjadikan sang istri sebagai obyek lukisan favoritnya. Selebihnya, lukisan-lukisannya menampilkan wajah, wanita, bunga hingga pemandangan. Seniman satu ini suka bereksplorasi dan bereksperimen dengan berbagai alat lukis.
Seni menemani Uut hingga akhir hayatnya. Pada 1995, Uut meninggal dunia di usia 45 tahun. Karya-karyanya kekal menjadi kenangan indah.
Pada 2024 silam, Luna Maya membuka pameran seni bertajuk ‘Double Flame’ di untuk mengenang karya mendiang ayahnya.
Penulis: Yunita Ajeng Raharjo