SLEMAN, POPULI.ID – Persoalan sampah di wilayah Sleman hingga kini urung sepenuhnya teratasi. Untuk itu, Pemkab Sleman telah menyiapkan strategi melalui tiga program prioritas mulai dari pengoperasian Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Donokerto hingga edukasi publik.
Ketua Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sleman, Ephipana Kristiyani, menyatakan pengoperasian TPST Donokerto menjadi fokus utama tahun ini. Saat ini, seluruh peralatan telah tersedia dan hanya tinggal proses uji coba.
“Mudah-mudahan Juni sudah bisa beroperasi. Peralatan sudah datang, tinggal nanti kami uji coba,” kata Ephipana saat ditemui Populi.id di kantornya, Rabu (14/5/2025).
TPST Donokerto dirancang untuk mengolah residu sampah menjadi Refuse-Derived Fuel (RDF), bahan bakar alternatif yang dapat mengurangi ketergantungan pada tempat pembuangan akhir.
Namun, Ephipana menegaskan bahwa partisipasi masyarakat dalam memilah sampah sejak dari rumah tetap menjadi kunci utama.
“Kami minta masyarakat ikut membantu. Sampah organik seharusnya sudah diproses di rumah. Yang masuk ke TPST hanya residu non-organik,” ujarnya.
DLH Sleman juga tengah menyiapkan skema insentif berupa penukaran sampah dengan insulator.
Meskipun belum menjadi program utama, langkah ini diharapkan mendorong warga lebih peduli terhadap sampah yang mereka hasilkan.
Adapun program prioritas yang menjadi fokus pemerintah Kabupaten Sleman saat ini yakni menyiapkan operasional TPST Dona Ketok agar dapat beroprasi secepatnya.
Tak hanya itu, edukasi kepada masyarakat dalam berpartisipasi dan peduli terhadap pengelolaan sampah sesuai dengan kebijakan yang berlaku juga menjadi program yang diprioritaskan pemerintah.
Selanjutnya yakni mempersiapkan diri untuk menindaklanjuti arahan dari Bupati Sleman, Harda Kiswaya dalam menuntaskan penyelesaian sampah di Sleman agar lebih cepat dengan menggunakan internator.
Ephipana menekankan bahwa tanpa kesadaran warga, teknologi dan infrastruktur tidak akan maksimal.
Ia juga mengingatkan bahwa kemunculan sampah liar di beberapa titik merupakan sinyal lemahnya keterlibatan masyarakat.
“Kalau kami tidak dibantu masyarakat, kami tidak bisa mengelola sampah dengan maksimal,” tegasnya.
Volume sampah di Sleman terus meningkat. Sementara itu, kapasitas pengolahan belum sepenuhnya memadai.
Tanpa kepedulian bersama, upaya pemerintah dikhawatirkan tidak akan mampu mengatasi masalah yang kian kompleks ini.