YOGYAKARTA, POPULI.ID – Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menegaskan komitmen pemerintah kota dalam merawat warga lanjut usia (lansia) melalui berbagai program pelayanan kesehatan gratis.
Menurut Hasto, tingginya angka harapan hidup di Kota Yogyakarta menjadi alasan utama dialokasikannya anggaran khusus untuk mendukung kesehatan para lansia.
“Di Jogja ini jumlah lansia sangat banyak. Di posyandu balita mungkin hanya 10 sampai 15 anak, tapi kalau posyandu lansia bisa sampai 60 hingga 70 orang,” ujarnya kepada populi.id, Selasa (27/5/2025).
Ia menjelaskan, angka harapan hidup perempuan di Yogyakarta mencapai rata-rata 78 tahun, lebih tinggi dibandingkan rerata nasional yang hanya 73 tahun.
“Jogja juara satu. Perempuan di sini hidup paling lama di Indonesia,” katanya.
Hasto juga sempat melontarkan candaan soal perbedaan usia harapan hidup antara pria dan wanita.
“Meski terlihat gagah, bapak-bapak ternyata meninggal lebih dulu daripada ibu-ibu. Saya juga heran, apa karena ibu-ibu sering marah-marah?” ucapnya yang disambut tawa peserta acara.
Layanan Gratis Tanpa BPJS
Melihat kondisi demografi tersebut, Pemkot Yogyakarta menggulirkan program pemeriksaan rutin kesehatan lansia secara gratis, bahkan bagi warga yang tidak memiliki BPJS.
“Kami periksa lansia gratis setiap tiga bulan. Mulai dari kolesterol, gula darah, semuanya dicek. Tanpa syarat BPJS, cukup pakai dana dari APBD,” tegasnya.
Ia menambahkan, kebijakan ini menjadi bukti bahwa pajak warga dikembalikan dalam bentuk layanan nyata bagi kelompok rentan.
“Merawat lansia adalah tanggung jawab pemerintah. Uang pajak Anda kami kembalikan untuk menjaga kesehatan para orang tua,” tandasnya.
Sekolah Lansia: Jaga Fisik dan Mental Tetap Aktif
Tak hanya pelayanan medis, Pemkot Yogyakarta juga meluncurkan program Sekolah Lansia, yang ditujukan bagi warga berusia 61 tahun ke atas.
Program ini mulai berjalan di Kelurahan Suryodiningratan, tepatnya di area Hotel Brongto.
Kepala Sekolah Lansia, Siti Wahyuni, menjelaskan bahwa kegiatan pembelajaran digelar rutin setiap Selasa pada minggu kedua tiap bulan.
“Sekolah ini dilaksanakan delapan kali dalam setahun. Untuk angkatan pertama, diikuti 50 peserta dengan usia termuda 61 tahun dan tertua 85 tahun,” ungkapnya.
Materi yang diberikan tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga mencakup keterampilan hidup sehari-hari.
“Peserta diajarkan untuk tetap mandiri, tidak bergantung pada orang lain, serta menjaga kesehatan dan kesejahteraan diri sendiri,” jelasnya.
Ia menekankan, tujuan utama sekolah ini adalah menjaga daya pikir tetap aktif dan tubuh tetap bergerak.
“Kami ingin para lansia tetap merasa bermanfaat, produktif, dan bahagia,” ujarnya.
Melalui program ini, pemerintah berharap lansia tidak hanya sehat secara fisik, tetapi juga memiliki ruang untuk bersosialisasi, belajar, dan tumbuh bersama.
“Kami ingin menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan bagi para lansia agar semangat hidup mereka terus terjaga,” tutupnya.