YOGYAKARTA, POPULI.ID – Jumlah kasus anemia di Kota Yogyakarta menurun dari 2.844 kasus pada tahun 2023 menjadi 2.495 kasus pada tahun 2024. Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta menyoroti anemia sebagai salah satu isu penting yang mendapat perhatian khusus karena berdampak langsung pada kualitas sumber daya manusia di masa depan.
“Situasi anemia di Kota Yogyakarta menunjukkan tren penurunan dan ini merupakan hasil kerja nyata seluruh pihak, terutama puskesmas dan satuan pendidikan,” kata Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, Senin (3/11/2025).
Guna menjaga tren penurunan kasus anemia, Pemkot Yogyakarta memperkuat pelaksanaan Gerakan Aksi Bergizi di berbagai sekolah dengan melibatkan sejumlah perangkat daerah terkait. Program ini tak hanya menitikberatkan pada pemeriksaan kesehatan, tetapi juga pada pembentukan perilaku hidup sehat di kalangan pelajar.
“Upaya kami bukan hanya melakukan pemeriksaan, tetapi menciptakan kebiasaan sehat yang berkelanjutan di sekolah. Ini kolaboratif, melibatkan sekolah, tenaga kesehatan, hingga orang tua,” ujar Hasto.
Ia menjelaskan, Gerakan Aksi Bergizi mencakup sejumlah kegiatan seperti pembiasaan senam atau aktivitas fisik sejenis minimal sekali dalam sepekan, konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) bagi remaja putri tingkat SMP dan SMA setiap minggu, serta edukasi dan pembiasaan mengonsumsi makanan bergizi seimbang melalui kegiatan sarapan atau makan bersama setidaknya seminggu sekali.
Selain itu, Pemkot Yogyakarta juga secara rutin melakukan pemeriksaan kadar Hemoglobin (Hb) pada remaja putri untuk mendeteksi anemia sejak dini. Apabila ditemukan kasus anemia, siswa yang bersangkutan akan segera diberikan tablet tambah darah.
Hasto menyebut dalam kondisi tertentu, pasien dapat dirujuk ke puskesmas untuk penanganan lebih lanjut. Tindak lanjut dilakukan secara ketat, dengan pemantauan selama 2–4 minggu.
“Jika kondisi tidak menunjukkan perbaikan setelah empat minggu, pasien akan dirujuk ke rumah sakit untuk penanganan lanjutan,” jelasnya.
Hasto menegaskan pentingnya mengoptimalkan peran Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di setiap lembaga pendidikan. Ia menilai, UKS perlu menjadi garda terdepan dalam mendorong peningkatan kepatuhan remaja putri mengkonsumsi tablet tambah darah serta pelaksanaan kegiatan pemeriksaan kesehatan bagi para siswa.
“UKS bukan hanya sebagai fasilitas administratif, tapi benar-benar menjadi pusat edukasi dan pelayanan kesehatan preventif di sekolah,” tegasnya.
Melalui berbagai program tersebut, Hasto berharap lahir generasi muda Kota Yogyakarta yang sehat, kuat, dan memiliki kapasitas maksimal.
“Transformasi layanan puskesmas juga harus bersinergi dengan lingkungan sekolah dan masyarakat agar tujuan pembangunan kesehatan dapat tercapai secara menyeluruh,” tandasnya.












