SLEMAN, POPULI.ID – Ledakan petasan nyaris merenggut nyawa seorang bocah laki-laki berusia 12 tahun berinisial RFA, warga Jetis, Caturharjo, Sleman, pada Sabtu (15/3) pagi. Akibat insiden itu, RFA harus dilarikan ke Rumah Sakit Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada dengan luka serius di beberapa bagian tubuhnya.
Kasi Humas Polresta Sleman, AKP Salamun, saat dikonfirmasi pada Minggu (16/3), mengungkapkan bahwa peristiwa nahas tersebut terjadi saat RFA dan empat temannya bermain petasan di Jalan Sanggrahan, Jetis, sekitar pukul 05.30 WIB.
“Petasan yang mereka nyalakan awalnya tidak meledak. Karena mengira petasan itu gagal, korban mendekat untuk memastikan. Namun, tanpa diduga, petasan tiba-tiba meledak,” jelas Salamun.
Ledakan tersebut langsung mengenai tubuh RFA yang tidak sempat menghindar. Bocah malang itu mengalami luka serius: mata kiri terluka hingga mengenai lensa, bibir lebam, jempol kanan retak dan kuku terlepas, jari telunjuk kanan sobek, serta pipi kiri retak dan lecet.
Menurut Salamun, polisi yang menerima laporan langsung mendatangi rumah sakit untuk memeriksa kondisi korban dan menggali informasi terkait peristiwa tersebut.
“Kami juga memeriksa keempat teman korban sebagai saksi, untuk mengetahui dari mana petasan itu berasal,” katanya.
Pihak kepolisian saat ini tengah menyelidiki asal muasal bahan peledak tersebut. Mereka menduga petasan rakitan itu berasal dari peredaran ilegal yang kerap marak jelang Ramadan dan Lebaran.
Untuk mencegah kejadian serupa, Polisi Polresta Sleman meningkatkan patroli di lokasi-lokasi rawan tempat bermain petasan. Tak hanya itu, imbuh Salamun, polisi juga menggandeng tokoh masyarakat dan pemerintah kalurahan untuk mengedukasi masyarakat agar tidak bermain petasan yang bisa mengancam keselamatan.
“Imbauan terus kami sampaikan, apalagi ini mendekati bulan Ramadan. Petasan bukan hanya berbahaya bagi pelaku, tapi juga bisa membahayakan orang lain,” tegasnya.
Kejadian ini menjadi peringatan keras bagi para orang tua untuk lebih mengawasi anak-anak mereka. Momen Ramadan dan Lebaran seharusnya menjadi ajang ibadah dan berkumpul bersama keluarga, bukan dirundung duka akibat ledakan petasan.
“Harapannya, tidak ada lagi korban petasan, apalagi anak-anak yang seharusnya menikmati masa bermain dengan aman,” tutup Salamun.