SLEMAN, POPULI.ID – Menginjak usia 17 tahun, Shafira Devi Herfesa menorehkan prestasi spektakuler bagi dunia catur Indonesia.
Pecatur kelahiran Sleman ini keluar sebagai juara Asian Zone 3.3 Chess Championship 2025 di Ulaanbaatar, Mongolia (22 April–2 Mei 2025), dan berhak melenggang ke Piala Dunia Catur 2025.
Sejak putaran pertama, Shafira menunjukkan keberanian luar biasa—memadukan taktik agresif dengan kesabaran khas pemain catur muda.
Lawan-lawannya datang dari sembilan negara Asia Timur dan Tenggara, termasuk tuan rumah Mongolia, Vietnam, dan Singapura.
Namun strategi rapi dan ketajaman perhitungan poin membuat Shafira konsisten mengumpulkan kemenangan, hingga tak tersentuh di klasemen akhir kategori putri.
Usai laga penentuan, mata Shafira berbinar karena merasa bangga bisa mengharumkan nama Indonesia.
“Saya bangga bisa mengharumkan nama Indonesia, apalagi membawa kabar gembira dari Sleman. Ini hasil kerja keras, doa keluarga, dan pelatih yang tak kenal lelah,” ujarnya.
Trofi juara dan hadiah USD 1.500 menjadi bonus manis atas kegigihannya.
Perjalanan Shafira ke puncak tak lepas dari catatan gemilang sebelumnya. Pada Porda DIY 2022, ia mengantongi dua medali emas, lalu menyabet gelar juara nasional U-19 putri.
Puncaknya, medali emas catur standar perseorangan di PON Aceh–Sumut 2024 semakin menegaskan kualitasnya. Namun, Asian Zone 3.3 menjadi batu loncatan krusial menuju ajang paling bergengsi di dunia catur.
Manajer Tim Catur Indonesia, Henry Hendratno, pun tak menyembunyikan haru.
“Shafira menunjukkan bahwa regenerasi pecatur muda kita siap bersaing di level tertinggi. Keberhasilan ini membuka jalan bagi lebih banyak talenta Indonesia di kancah internasional.”
Bukan sekadar lolos, Shafira bertekad meningkatkan kemampuan menjelang Piala Dunia Catur 2025.
Rutin berlatih endgame, analisis partai klasik, hingga menjaga kebugaran mental jadi program utamanya.
“Setiap langkah harus tajam dan penuh perhitungan—sama seperti di papan catur,” katanya.
Kini, nama *Shafira Devi Herfesa* bersinar sebagai inspirasi generasi muda pecatur.
Dari kampung halaman di Sleman, ia membuktikan bahwa dengan konsistensi dan semangat pantang menyerah, impian berlaga di panggung dunia akan terwujud—satu bidak demi satu bidak.