SLEMAN, POPULI.ID – Kabupaten Sleman di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tak hanya dikenal sebagai daerah wisata, tetapi juga memiliki slogan khas yang sarat makna: Sleman Sembada.
Slogan ini resmi digunakan sejak 2 Maret 1991 sebagai upaya mendorong partisipasi masyarakat secara menyeluruh dalam mendukung pelaksanaan pembangunan di wilayah Sleman.
Landasan hukumnya ditegaskan melalui Peraturan Daerah (Perda) Nomor 4 Tahun 1992.
Sleman Sembada merupakan slogan gerakan pembangunan desa terpadu, yang menjadi semangat utama Kabupaten Sleman, daerah yang juga dikenal sebagai sentra salak pondoh.
Meski tergolong baru karena baru dipakai dalam tiga dekade terakhir, slogan ini mengandung nilai-nilai luhur budaya dan kehidupan masyarakat.
Melansir laman resmi Pemerintah Kabupaten Sleman, gerakan Sleman Sembada adalah gerakan pembangunan yang digerakkan dari, oleh, dan untuk masyarakat.
Tujuannya agar hasil pembangunan dapat dirasakan secara langsung dan berkelanjutan oleh warga Sleman.
Makna Kata “Sembada”
Dalam bahasa Jawa, kata Sembada mencerminkan kepribadian tangguh: pantang menyerah, tidak mudah mengeluh, menepati janji, taat azas, serta memiliki tekad kuat.
Sembada juga melambangkan sikap rela berkorban dan bertanggung jawab dalam menghadapi berbagai tantangan demi kesejahteraan masyarakat.
Secara harfiah, Sleman Sembada menggambarkan kondisi ideal yang dicita-citakan, dengan akronim sebagai berikut:
S: Sehat
E: Elok dan Edi
M: Makmur dan Merata
B: Bersih dan Berbudaya
A: Aman dan Adil
D: Damai dan Dinamis
A: Agamis
Slogan ini diharapkan menjadi pedoman hidup masyarakat Sleman demi terwujudnya kawasan yang sehat, lestari, dan mandiri.
Simbol Kabupaten Sleman
Identitas visual Kabupaten Sleman dituangkan melalui simbol yang sarat makna, mencerminkan nilai Pancasila, kekayaan alam, dan budaya lokal.
Dominasi warna biru dalam simbol menyatu dengan warna kuning, hitam, putih, merah, dan hijau, masing-masing memiliki arti khusus.
Berikut makna unsur-unsur dalam simbol Kabupaten Sleman:
Bentuk segi empat di tengah melambangkan kesederhanaan dan kekuatan.
Bintang sudut lima berwarna kuning emas di atasnya merepresentasikan Ketuhanan Yang Maha Esa (sila pertama Pancasila).
Perisai segi lima melambangkan persatuan dan kesatuan sebagai dasar membangun masyarakat Sleman.
Sinar dengan lima jari-jari menggambarkan harapan akan kejayaan Sleman sepanjang masa.
Gunung Merapi menjadi simbol kemegahan dan keteguhan dalam mewujudkan keadilan sosial.
Candi Prambanan melambangkan tingginya peradaban dan nilai gotong-royong.
Tiga gelombang air mewakili tiga sungai utama: Kali Krasak, Kali Kuning, dan Kali Opak, yang menjadi simbol kemakmuran dan ketahanan pangan.
Padi dan kapas di sisi kanan dan kiri menggambarkan sandang dan pangan, serta menandai peristiwa perpindahan ibu kota Kabupaten Sleman dari Ambarrukmo ke Beran.
Simbol tersebut juga menyimpan suryasengkala atau penanda waktu, yakni:
Empat kapas bermakna tanggal 4
Tujuh bulir padi melambangkan bulan 7 (Juli)
Enam daun kapas dan empat daun padi menunjuk pada tahun 1964
Seluruhnya dirangkai dalam filosofi: catur rasa trus manunggal—yang berarti “empat rasa terus bersatu”, merujuk pada tahun 1964.